KNKT: Perintah Pilot AirAsia QZ8501 ke Kopilot Agak Membingungkan

KNKT: Perintah Pilot AirAsia QZ8501 ke Kopilot Agak Membingungkan

Elza Astari Retaduari - detikNews
Selasa, 01 Des 2015 19:07 WIB
Bangkai AirAsia QZ8501 diangkat dari laut (Foto: Agung Pambudhy)
Jakarta - KNKT sudah merilis hasil investigasi jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata. Dari rekaman Cockpit Voice Recorder (CVR), terdapat pembicaraan yang membingungkan antara pilot Iriyanto dan kopilot Remi Plesel.

Dari rekaman tersebut, menurut Plt Subkomite Kecelakaan Penerbangan Kapten Nurcahyo Utomo, terdengar suara Iriyanto dan Remi sedang berkoordinasi ketika pesawat menukik ke atas usai adanya gangguan pada rudder travel limiter unit (RTLU). Ini adalah sistem yang mengatur kendali pesawat. Saat itu posisi pesawat naik dari ketinggian 32 ribu kaki dari permukaan laut ke 38 ribu kaki.

"Saat pesawat mulai naik, ada perintah kapten yang menyebut, 'pull down, pull down'. Ini agak membingungkan," kata Nurcahyo dalam jumpa pers di Gedung KNKT, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Selasa (1/12/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Cahyo, perintah yang disampaikan Iriyanto bukan hal yang bisa diucapkan oleh pilot. Istilah 'pull down' tersebut membingungkan.

"Kami melihat ada komunikasi yang tidak efektif. Kemungkinan perintah ini untuk mengembalikan pesawat agar seimbang," ucap Cahyo.

Akibat perintah yang tidak jelas, penanganan saat pesawat hendak stall (jatuh) pun menjadi tidak jelas. Dari catatan flight data recorder (FDR), diketahui ketika pilot berusaha menurunkan pesawat, kopilot yang merupakan warga Prancis itu justru menarik kemudi dan menaikkan pesawat.

Pada akhirnya pesawat mengalami stall (jatuh) dari ketinggian 28 ribu kaki dan akhirnya terjun ke laut. Pesawat jenis A400-200 Airbus rute Surabaya menuju Singapura jatuh pada 28 Desember 2014.

Dengan ditemukannya fakta seperti ini, Cahyo pun memberi rekomendasi agar ada regulasi atau aturan standar dengan call out atau semacam kode selama penerbangan. Ini untuk menghindari adanya miskomunikasi selama penerbangan.

Namun KNKT tidak mengatakan jatuhnya pesawat yang membawa 156 penumpang dan 6 kru tersebut terjadi karena adanya human error. Cipto juga mengatakan selama penerbangan, terdapat 4 kali gangguan dengan permasalahan yang sama.

Dari rekaman CVR awal, investigator masih bisa mendengar jelas bagaimana pembicaraan dalam kokpit. Namun setelah kerusakan keempat yang akhirnya membuat pesawat stall, KNKT tidak lagi bisa mendengar jelas pembicaraan.

"Di saat awal pembicaraan biasa-biasa saja. Setelah kerusakan keempat, suaranya sudah tidak jelas. Kami tahu ada diskusi di situ tapi kami sudah berusaha dengan berbagai fasilitas tapi tidak dapat mendengar isi percakapannya," terang Cahyo.

Sebelum gangguan terjadi, kapten pilot disebut Cahyo bertindak sebagai pilot monitoring dan kopilot sebagai pilot flying. Namun ini bukan berarti penerbangan menyalahi aturan.

"Kapten pilotnya saat pesawat roll 54 derajat berusaha melakukan recovery. Kopilot juga masih mengendalikan," tuturnya.

Namun upaya pengendalian kemudi disebut Cahyo juga tidak berhasil karena tidak ada sistem yang mengatur agar pilot maupun kopilot bisa sama-sama mengetahui apa yang sedang dikerjakan. Pada akhirnya sempat terjadi kekosongan input selama 9 detik.

"Kalau ada input pada kendali secara bersamaan maka akhirnya penjumlahan. Bila ditarik 5 dan didorong 5 hasilnya jadi 0. Jadi upaya pengendalian tidak efektif. Tapi ini bukan yang menyebabkan stall, ini kan recovery," jawab Cahyo ketika dikonfirmasi ulang.

"Rekomendasi kami lagi adalah agar pilot dilatih dalam bagaimana mengambil alih kemudi. Harus ada sistem agar pilot dan kopilot tahu apa yang sedang dilakukan. Yang terjadi (di QZ8501) itu pilot saling tidak tahu melakukan apa. Itu karena kendali pesawat tidak saling terkait. Di mana kemudi 1 dan 2 tidak terhubung," tutup mantan penerbang pesawat Boeing tersebut. (elz/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads