Oleh karena itu, setelah para warga menyerahkan ke Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, burung Kakatua Jambul Kuning tak dapat langsung dilepasliarkan. Sifat liar burung yang bertipe setia terhadap pasangannya ini harus dikembalikan terlebih dahulu.
Kepala posko #SaveSiJambulKuning, drh Indra Exploitasia menjelaskan, di lokasi penangkaran, burung-burung ini dilatih untuk hidup lebih mandiri. Mereka harus mencari makanan sendiri meskipun sebetulnya telah disediakan oleh petugas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
|
Di penangkaran, buah-buah dan biji-bijian seperti jagung dan pepaya, digantung menyebar di pohon-pohon. Sehingga burung-burung yang berada di dalamnya harus bergerak aktif untuk mencari makanan.
Menurut Indra, beberapa burung Kakatua yang diserahkan oleh warga sudah kehilangan selera makan alaminya. Sebab burung yang juga dikenal dengan nama Jacobs ini selalu diberi makan seperti makanan manusia.
"Ada Jambul Kuning yang cuma bisa makan martabak dan sate karena setiap hari dikasih makanan itu oleh pemiliknya. Jadi burung ini malah enggak doyan saat kita kasih biji-bijian dan buah-buahan," ujarnya.
![]() |
Burung dengan kondisi semacam itu, menurut Indra, harus mendapat penanganan lebih agar dapat dilepasliarkan. Di Jakarta, burung-burung ini dititipkan di Kebun Binatang Ragunan, TMII, Taman Safari dan Tegal Alur.
Setelah sifat liarnya mulai kembali, burung-burung itu dicek kesehatannya dan dipastikan terbebas dari penyakit. Jacobs juga dites DNA untuk mengetahui asal habitatnya. Setelah itu, dengan menggunakan pesawat cargo, Jacobs dikirim ke habitat asal. Salah satunya adalahย Jayapura, Papua.
Setibanya di Papua, Jacobs juga tak dapat langsung dilepaskan. Burung tersebut kembali dirawat di penangkaran untuk menyesuaikan dengan alam Papua. Setelah penyesuaian cukup, Jacobs baru dilepas di hutan sesuai habitatnya.
Pelepasliaran Jacobs ini merupakan salah satu rangkaian dari program #SaveSiJambulKuning yang digagas sejak Mei 2015 lalu. Para warga yang memelihara Kakatua Jambul Kuning diminta menyerahkan ke Kemenhut LH untuk kemudian dikembalikan ke habitat asalnya. (kff/mok)












































Foto: Nur Khafifah/detikcom