Kadispen TNI AD Brigjen Sabrar Fadhilah mengatakan bahwa pihak TNI AD meminta agar permasalahan dapat diselesaikan antar kedua institusi. Dengan demikian permasalahan tidak akan semakin melebar.
"Saya kira itu bisa diselesaikan oleh kedua institusi. Antara IPDN dengan Akmil. Rasanya tidak perlu dibesar-besarkan. Itu bisa diselesaikan di tingkat institusi, tidak perlu sampai TNI AD," ungkap Fadhilah saat dikonfirmasi detikcom, Sabtu (28/11/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mungkin anak-anak muda ya emosinya masih belum baik, atau mungkin punya maksud gimana. Mungkin bisa diselesaikan baik-baik yah," tuturnya.
Akibat insiden pemukulan terhadap anak didiknya, Gubernur Akmil Mayjen Hartomo disebut marah besar. Jika pun benar, menurut Fadhilah, itu bukan berarti marah yang berapi-api.
"Ya saya pikir sebagai kepala sekolah, ya wajar kalau marah karena anak didiknya diperlakukan seperti itu. Tapi bukan marah yang gimana-gimana. Artinya gini, misalkan saya sebagai orangtua lalu anak saya dipukul anak orang. Kan saya marah juga. (Saya akan bilang) 'jangan dong pukul anak saya'. Seperti itu ya," ucap mantan Danrem 072/Pamungkas Yogyakarta tersebut.
"Dan saya kira tidak semuanya (Praja IPDN melakukan perbuatan tidak baik), hanya segelintir oknum saja," imbuh Fadhilah.
Pemukulan terjadi saat rombongan Akmil datang ke IPDN Jatinagor, Sumedang, Jabar, pada Sabtu (19/11) lalu untuk studi banding. Dua taruna Akmil dibawa ke sebuah ruangan oleh Praja IPDN dan dipukul. Alasannya adalah karena dua taruna Akmil itu foto-foto di daerah yang sakral bagi IPDN.
"Saya kira program seperti itu (studi banding) bagus untuk saling mengenal antar-institusi. Seharusnya dimanfaatkan dengan baik," tutup Kadispenad. (elz/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini