Pendapat di atas dimunculkan oleh pakar Indonesia dari think tank Lowy Institute, Ken Ward, dalam sebuah diskusi dengan peserta Sekolah Staf dan Pimpinan Luar Negeri (Sesparlu) angkatan 53 di Australian National University (ANU), Canberra, Selasa (23/11/2015). Kegiatan intelektual tersebut disponsori oleh Australia-Indonesia Centre.
Menurut Indonesianis tersebut, popularitas Indonesia turun dibanding beberapa dekade silam yang antara lain ditunjukkan makin rendahnya minat belajar Bahasa Indonesia. Selain itu masyarakat luas juga tidak mudah menikmati budaya Indonesia. Sementara, beberapa negara lain justru sangat aktif promosi budayanya sehingga pengetahuan masyarakat menjadi kaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena itu, penggunaan soft power dirasakan perlu ditingkatkan mengingat negara lain juga melakukannya dengan sangat gencar. Disarankan agar Indonesia dapat melakukan diplomasi budaya besar-besaran secara strategis dan berkesinambungan. Pembangunan pusat budaya Indonesia di beberapa kota padat penduduk, pameran lukisan serta kuliner Indonesia hanyalah beberapa hal yang perlu diperhatikan.
"Diplomasi budaya sangat ampuh untuk menanamkan pemahaman orang Australia tentang Indonesia. Pada dasarnya kami sangat menikmati budaya Indonesia," ujarnya.
Beberapa informasi menyebutkan bahwa jumlah Indonesianis di negeri kanguru itu tidak bertambah atau malah cenderung turun. Sebaiknya muncul beberapa akademisi yang mulai menekuni Vietnam, Tiongkok dan India. Selain itu diperkirakan terdapat lebih dari 25 restoran Indonesia tersebar di seantero negeri. Namun demikian, jumlah tersebut masih kalah jauh dari jumlah restoran China, Thailand, Vietnam dan India.
Mengantisipasi itu semua, Kedutaan Besar Indonesia gencar melakukan promosi budaya. Saat ini KBRI Canberra telah memiliki balai budaya yang aktif dipakai sebagai etalase budaya nusantara. Banyak warga Australia berkunjung dan belajar tentang budaya Indonesia di sana. Selain itu, KBRI dan konsulat Jenderal juga senantiasa melakukan diplomasi pendidikan melalui pengajaran di berbagai kota, sekolah dan universitas.
Di tengah turunnya pamor Indonesia, Allaster Cox, pejabat tinggi Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia memuji diplomasi budaya yang diinisiasi KBRI, seperti pelaksanaan Indonesian Week yang baru saja usai. Dikatakan, acara tersebut dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang Indonesia.
Saat ini sekitar 73 ribu WNI tinggal di sana, sebanyak 20 ribu di antaranya mahasiswa. Setiap tahun Australia memberikan 500-an beasiswa kepada pemuda-pemudi Indonesia untuk belajar S1 hingga S3 di beberapa universitas. Melalui program yang jelas, WNI ini dapat diberdayakan sebagai duta bangsa untuk menaikkan kembali pamor Indonesia yang mulai luntur. (try/try)











































