"Itu TNI AU, di Sesneg nggak ada. Itu setahu saya di TNI AU sudah ada dalam renstra (rencana strategis), sudah dibicarakan," ungkap Pratikno di Gedung DPR, Kompleks Senayan, Jakarta, Selasa (24/11/2015) malam.
Pengadaan helikopter VVIP baru tersebut memang masuk dalam dana anggaran TNI AU. Heli bagi VVIP yang akan masuk dalam skadron 45 dengan homebase di Lanud Halim Perdanakusuma itu akan diganti dengan helikopter Agusta Westland AW-101.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemilihan heli AW-101 yang diproduksi oleh perusahaan patungan Agusta asal Italia dan Westland Helicopters dari Inggris itu pun sudah melalui kajian matang pihak TNI AU. AW-101 disebut dapat menunjang keamanan dan kenyamanan presiden maupun VVIP lainnya seperti wapres dan tamu negara.
Heli ini digadang-gadang anti peluru dan dapat dipasangi pelampung sehingga dapat mendarat dan mengapung di perairan dalam keadaan darurat. Plat-plat baja tahan peluru pada heli Agusta juga dapat dipasangkan pada helikopter lain sesuai keperluan.
"Itu sudah masuk aspek teknis, yang tahu pak KSAU (Kepala Staf Angkatan Udara)," tukas Pratikno saat dikonfirmasi mengenai spesifikasi helikopter baru bagi Presiden Jokowi itu
Sejumlah kalangan menyayangkan pemilihan Agusta oleh TNI AU. Beberapa pihak menilai alangkah baiknya jika pemerintah membeli produk dalam negeri. Dalam hal ini Airbus Helicopter H225 Super Puma yang sebelumnya dikenal dengan Sebutan Eurocopter EC225. Apalagi harga Agusta jauh lebih mahal.
Sebenarnya Airbus Helicopter bermarkas di Perancis, nqmun EC225 dibuat oleh perusahaan Indonesia yakni PT Dirgantara Indonesia yang berada di Bandung, Jabar. Airbus Helicopter memang memegang lisensi heli jenis ini, namun untuk desain dan produksinya ditangani oleh PT DI.
"Semangat presiden kan selama ini memang berusaha keras mendukung tumbuhan ekonomi dalam negeri. Tapi mungkin penjelasan alutsista yang harus dikonfirmasi dengan pak KSAU," tukas Pratikno.
Lantas apakah Presiden Jokowi sudah mengetahui tentang peremajaan helikopter VVIP ini?
"Selama ini saya belum pernah membicarakan dengan Pak Jokowi, mungkin beliau sudah baca di media. Tapi belum ada pembahasan," jawab mantan rektor UGM tersebut.
Sebelumnya TNI AU menyatakan peremajaan dilakukan karena usia helikopter Super Puma bagi VVIP yang sudah usang. Meski begitu heli ini masih laik terbang dan nantinya akan tetap beroperasi.
"TNI AU akan membeli heli VVIP untuk mengganti Super Puma yang usianya sudah tua, sudah 25 tahun. Jadi bukan hanya untuk presiden dan ini sudah masuk dalam renstra," jelas Kadispen TNI AU Marsma Dwi Badarmanto, Senin (23/11).
(ear/Hbb)