Bagi Nina, sejarawan bukan hanya disiplin ilmu tentang humaniora. Namun, maknanya luas mencakup sektor sosial, politik, dan budaya.
Salah satu upaya yang dilakukannya adalah melakukan penelitian mulai dari Astana Gede Kawali, Kabupaten Ciamis sampai Mesir serta Yunani. Lalu, ia menuangkan hasil penelitian dalam bentuk 43 buku.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kadang saya merenungkan juga arti akademisi dan kegunaan sosial dari karya-karya ilmiah yang pernah saya kerjakan. Saya harus tetap semangat dalam mengimplementasikan yang saya tekuni," ujar perempuan kelahiran Bandung, 9 September 1956 itu di Perpustakaan Habibie dan Ainun, Jl Patra Kuningan XIII, Jakarta, Selasa (24/11/2015).
Menurutnya, sejarawan itu ilmu yang langka dan jarang diminati generasi muda. Namun, ia masih optimistis ilmu yang digelutinya ini memberikan kontribusi bagi masyarakat banyak.
"Sejarawan itu tak sampai 40 orang. 25 orang mungkin profesor. Lainnya doktor-doktor. Ilmu sejarah itu tak punya orientasi materi. Ya, artinya ilmu langka yang kurang peminatnya. Banyak kan sejarawan tapi enggak jadi sesuai bidangnya," tuturnya.
Sebagai sejarawan, menurutnya tak mudah menjalankan tugas. Sebagai sejarawan, ia menghasilkan berbagai produk penelitian yangΒ monumental. Ia juga didaulat sebagai anggota Badan Pembina Pahlawan Daerah Jawa Barat (2001-2010). Bahkan, hingga sekarang, Nina ditetapkan sebagai Ketua Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Jawa Barat.
"Memang sejak 2001, saya mendapat tugas dari Gubernur Jawa Barat sebagai pengusul pahlawan nasional asal Jawa Barat. Sudah 21 orang saya usulkan, namun baru 7 yang goal," sebut dosen Universitas Padjajaran itu.
Di mata Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, Nina berhasil 'mempersembahkan' dua gelar pahlawan nasional yaitu KH Abdul Halim dan Sjafruddin Prawiranegara. Saat ini, Nina juga sebagai anggota Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan yang menjadi unsur penyeleksi pengangkatan pahlawan nasional.
"Tugas itu enggak gampang. Bukan hanya meneliti, tapi juga melawan opini orang-orang dengan data yang kita miliki," sebut ibu dua anak itu dengan logat Sunda. (hty/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini