Wisnu Jatmiko, Pengagum Habibie yang Berkarya di Usia Muda

Wisnu Jatmiko, Pengagum Habibie yang Berkarya di Usia Muda

Hardani Triyoga - detikNews
Selasa, 24 Nov 2015 17:21 WIB
Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Wisnu Jatmiko (Foto: Hardani/detikcom)
Jakarta - Tiga ilmuwan mendapatkan penghargaan dari Yayasan Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Yayasan SDM Iptek) Habibie Center. Salah seorang peneliti yang dapat penghargaan adalah dosen Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Wisnu Jatmiko.

Di usia yang belum genap 42 tahun, Wisnu dinilai sebagai peneliti yang produktif dengan beberapa karya penelitiannya. Berbekal kemampuan ilmu komputer, dia bisa melakukan riset dengan hasil karya mulai seperti membangun model lampu lalu lintas sampai membuat sistem telehealth pendeteksi jantung dan alat USG.

"Saya melihat riset yang baik adalah riset yang bisa memberikan sumbangsih bagi sesama, untuk orang lain. Saya berpikir bagaimana kita dapat menyelesaikan permasalahan ini dengan ilmu yang saya tekuni," kata Wisnu di Perpustakaan Habibie dan Ainun, Jl Patra Kuningan XIII, Jakarta, Selasa (24/11/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memiliki kemampuan lebih di bidang komputer, Wisnu ingin coba mengembangkan ilmunya dengan berbagai riset. Selain riset dengan publikasi ilmiah, ia juga menulis buku terkait karya penelitiannya.

Beberapa karya yang dihasilkan dan dalam proses di antaranya membuat model lampu lalu lintas, simulator robot pencari asap, sampai membuat sistem telehealth pendeteksi jantung dan alat USG.

Untuk pendeteksi jantung dan alat USG, dia terinspirasi karena keterbatasan dokter ahli USG dan jantung di pedalaman Indonesia. Saat itu, ia berpikir diperlukan suatu alat yang ringkas untuk mengambil data dan memberikan rekomendasi kepada dokter.

"Saya dan tim coba buat alat EKG yang dapat beri rekomendasi kepada dokter jantung. Alat lainnya yang sedang dikembangkan alat USG. Jadi, alat ini bisa melihat kondisi USG secara realtime," sebut alumnus program doktor Universitas Nagoya, Jepang itu.

Dalam aplikasinya nanti, kedua alat karya ini dikombinasikan ke dalam suatu sistem telehealth sehingga bisa diakses secara online. Karya ini masih terus dikerjakan dan ditargetkan bila lolos kualifikasi bisa dipasarkan dalam dua tahun mendatang. Seluruh riset yang dikerjakannya dilakukan secara bersama dengan tim dosen serta mahasiswa.

Tujuan Wisnu mengajak mahasiswa bimbingannya agar ada kebanggaan dengan memiliki publikasi di jurnal atau seminal internasional.

"Saya percaya generasi penerus bangsa punya kemampuan yang cukup untuk dapat melakukan riset dan kontribusi buat bangsa," katanya.

Ia menilai anggaran yang diberikan pemerintah untuk dunia penelitian iptek sebenarnya sudah cukup. Sebagai negara berkembang, pemerintah Indonesia dianggap sudah mendukung perkembangan iptek.

Setiap tahunnya, Wisnu berhasil mendapatkan kurang lebih tiga hibah penelitian dengan posisi sebagai peneliti utama.

"(Anggaran) Indonesia masih survive lah menurut saya. Masih cukup fair meski harus ditambah. Dari segi pendapatan dengan kemampuan, Indonesia bisa dibandingkan dengan negara berkembang lain," tuturnya.

Tak hanya tekad dan niat, Wisnu punya prinsip sederhana dalam mengerjakan risetnya. Bagi dia yang terpenting menjalani nasihat orangtua dan menghormati guru dalam memetik ilmu pengetahuan. Tak ada yang instan dalam mengerjakan sesuatu penelitian. Hal ini yang menjadi acuan selama menjadi peneliti sejak 16 tahun lalu.

Prinsip ini yang kemudian disebarkan kepada para mahasiswanya. Gelar Dr. Eng dari Universitas Nagoya, Jepang menjadi motivasinya untuk terus melalukan riset.

"Tak ada yang instan. Semua perlu kerja keras. Konsisten itu lah yang diperlukan jadi peneliti. Itu yang saya lakukan 16 tahun lamanya. Saya selalu berpesan kepada mahasiswa bimbingan untuk dapat lebih pintar dari saya. Guru akan sangat bahagia jika anak didiknya punya keunggulan," ujarnya.

Untuk panutan, ia mengaku menjadi salah seorang pengagum Presiden RI ke-3, BJ Habibie. Bagi dia, Habibie tak tanya panutan, namun juga guru yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.

Salah satu yang disinggungnya adalah karya Habibie dalam industri dirgantara.

"Pak Habibie merupakan panutan sata dan rakyat Indonesia. Kegigihannya melakukan riset di bidang pesawat terbang membuat Indonesia punya harapan dalam industri yang strategis," ujarnya. (hty/hri)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads