Gadis itu satu di antara puluhan orang dengan gangguan psikosis (kelainan jiwa yang disertai dengan disintegrasi kepribadian dan gangguan kontak dengan kenyataan) yang dirawat di Panti Hafara, Desa Brajan, Tempuran, RT 8 Tamantirto, Kasihan, Bantul. Salah seorang pendamping yang bertugas merawat seluruh kebutuhannya, Indah Masrurroh (24) bercerita tentang gadis yang kini sudah dianggapnya sebagai adik sendiri, Senin (23/11/2015).
Indah baru 3 bulan bekerja di panti yang merupakan milik Chabib Wibowo tersebut. Di awal perkenalan dengan gadis manis itu, Indah mengalami kesulitan seperti pada pasien yang lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sampai pada suatu saat, kata Indah, tak sengaja dia bertanya tentang pasar malam pada si gadis murung itu.
"Dia tersenyum. Itu pertama kali saya melihat dia tersenyum. Hati saya rasanya,..," kata Indah seolah tak bisa mengungkapkan perasaannya.
Momen itu menjadi yang paling membahagiakan bagi Indah. Sambil terus menggali informasi tentang latar belakang si gadis, Indah merasa semakin menyayanginya.
"Ternyata dia anak yang sangat cerdas. Rangking 1 terus di sekolah. Tapi karena orangtuanya tidak mampu, dia dibully di sekolah," cerita Indah.
"Sebenarnya dia punya satu teman. Tapi temannya ikut dibully karena dekat dengannya. Di situ dia sangat sedih mendalam, seperti sekarang ini," imbuhnya.
Bahkan gadis berhidung mancung itu sempat diterima di SMA favorit di Yogyakarta. Tapi kondisi kejiwaannya terus memburuk.
Sampai akhirnya ibunya yang tuna netra dan sang ayah yang penjual bakpao keliling memutuskan mengirim anak satu-satunya itu ke rumah sakit jiwa.
"Di RS Ghrasia nggak bisa lama. Kalau di rumah nggak ada yang bisa mengawasi penuh, jadi dikirim ke sini," kata Indah.
Kisah gadis cerdas psikosis ini menjadi satu dari banyak pelajaran yang dipetik Indah selama bekerja di Panti Hafara. Mahasiswi S2 Pekerja Sosial UIN Yogyakarta ini mengaku ikhlas bekerja meski harus banyak bersabar menghadapi klien-kliennya.
Apalagi Chabib, pemilik Panti Hafara sering menasihati dia dan teman-temannya bahwa para pendamping adalah pelayan.
"Klien atau pasien di sini adalah raja. Insya Allah, Allah yang akan membalas," tuturnya.
![]() |
Dia berharap panti ini terus ada dan semakin baik. Banyak fasilitas yang harus diperbaiki.
"Kasihan kamarnya begitu kondisinya. Apalagi mereka kondisinya juga harus diperhatikan terus," kata Indah.
Panti Hafara merawat orang telantar sejak 11 tahun silam. Saat ini, ada 30 orang dewasa dengan gangguan jiwa dan 8 anak terlantar bernaung di panti tersebut. Sebanyak 32 orang dewasa lainnya dirawat di RS Ghrasia Yogya dan 50 anak bersama keluarga yang berada di bawah dampingan Panti Hafara.
(sip/try)