Masjid Indonesia Jadi Tuan Rumah Pertemuan Rohaniwan Islam dan Yahudi

Laporan dari AS

Masjid Indonesia Jadi Tuan Rumah Pertemuan Rohaniwan Islam dan Yahudi

Shohib Masykur - detikNews
Selasa, 24 Nov 2015 09:19 WIB
Masjid Indonesia Jadi Tuan Rumah Pertemuan Rohaniwan Islam dan Yahudi
Foto: Shohib Masykur
Washington DC - Masjid Indonesia yang berlokasi di Maryland, Amerika Serikat, menjadi tuan rumah bagi pertemuan para rohaniwan Islam dan Yahudi. Dalam acara bertajuk "2nd Annual Washington DC Area Imams and Rabbis Summit" itu, sekitar 50 rohaniwan dari kedua agama yang sering diposisikan berseteru justru terlibat diskusi seru.

Mereka tidak sekedar berdialog, tetapi juga merancang langkah konkret guna berkontribusi mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi umat beragama di AS. Dua topik utama yang mengemuka adalah masalah hate speech (ungkapan kebencian yang ditujukan kepada kelompok tertentu) dan isu pengungsi Suriah.

"Ternyata orang-orang Yahudi juga punya kegundahan tersendiri terhadap apa yang terjadi di dalam Islam dan mereka ingin melakukan sesuatu untuk itu, tapi mereka melakukan partisipasi kita," kata Ketua Board of Trustee Indonesian Muslim Association in America (IMAAM) Firdaus Kadir, Minggu (22/11/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(Foto: Shohib Masykur/detikcom)

Dia mengatakan, persoalan yang dihadapi umat Islam juga menjadi perhatian bagi umat agama lain, seperti Yahudi dan Kristen. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk membuka diri dan menjalin kerja sama dengan mereka guna mengatasi masalah-masalah tersebut.

"Persoalan kita juga dianggap persoalan mereka. Dan ini poin yang sering salah dipahami oleh orang-orang muslim yang mengira bahwa umat agama lain tidak peduli. Ini perlu diluruskan. Persoalan ini tidak bisa diselesaikan secara menyendiri, tidak bisa. Kita harus bekerja sama dengan mereka," kata Firdaus.

Masjid Indonesia yang dikenal dengan sebutan IMAAM Center diresmikan oleh Presiden SBY pada kunjungannya ke AS bulan September 2014. Sehari-hari masjid tersebut menjadi pusat bagi berbagai kegiatan keagamaan, seperti salat berjamaah, mengaji, dan madrasah. Meski berstatus sebagai masjid Indonesia, tapi penggunanya tidak terbatas pada orang Indonesia.

Selain berbagai aktivitas rutin harian tersebut, IMAAM Center juga kerap menjadi tempat untuk pertemuan komunitas lintas-iman. Hal itu merupakan salah satu kontribusi Indonesia, dalam hal ini diwakili oleh kalangan agama, dalam rangka mengatasi masalah-masalah kontemporer yang dihadapi umat beragama di AS dan dunia.

"MAAM ini bertindak sebagai fasilitator. Kita memang tidak bisa memecahkan permasalahan, tapi kita bisa jadi pemicu untuk terjadinya dialog-dialog yang mengarah kepada pemecahan masalah," kata Firdaus.

Acara Summit itu sendiri diselenggarakan oleh berbagai organisasi keagamaan di kawasan Washington DC dan sekitarnya. Menurut Firdaus, muslim Indonesia dipandang oleh umat agama lain sebagai lebih bersahabat. Karena itu, tak heran jika mereka merasa nyaman dengan fasilitasi yang dilakukan oleh IMAAM Center.

(Foto: Shohib Masykur/detikcom)

"Umat muslim Indonesia dilihat di kacamata agama lain tampaknya bisa diajak bicara. Mereka merasa aman, dan mereka senang berada di sini. Ada rabbi yang melihat-lihat perpustakaan kita dan ingin membaca Alquran. Ada juga yang ingin melihat cara orang Islam salat," kata Firdaus.

Presiden IMAAM, Amang Sukasih, menambahkan bahwa sebagai entitas baru IMAAM perlu memperkenalkan diri ke publik Amerika secara lebih luas. Salah satu caranya adalah dengan menjadi tuan rumah bagi berbagai pertemuan komunitas keagamaan.

"Ini untuk mengenalkan masjid kita ke komunitas agama lain supaya  kita lebih dikenal dan dekat dengan mereka. Jika hubungan sudah dekat, kita tak segan-segan untuk saling membantu satu sama lain jika ada masalah," kata Amang. (try/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads