Tapi di Purwakarta, kota dengan moto Wibawa Karta Raharja ternyata mempunyai museum yang beda dari yang biasa. Sebagian isi museum serba digital. Canggih!
Tim detikcom berkesempatan mengunjungi museum yang terletak di pusat kota tersebut bersama sang bupati, Dedi Mulyadi, pekan lalu. Dengan menggunakan sepeda, rombongan berangkat dari kantor bupati di Jalan Gandanegara no 25, Purwakarta. Jaraknya tak terlalu jauh, hanya 500-meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim detikcom bersama Bupati Purwakarta di Bale Panyawangan Diorama (Foto: Yudhistira Amran Saleh/detikcom) |
Sepanjang perjalanan, Dedi tak dikawal oleh polisi atau Satpol PP. Beberapa kendaraan yang melaju di jalan raya, berhenti dengan sendirinya ketika tahu bupati yang selalu memakai baju putih dan iket kepala sedang gowes sepeda.
Saat itu cuaca tidak terlalu terik. Malah cenderung mendung. Sehingga gowes sepedanya terasa lebih asyik dan lebih bisa menikmati kota yang dahulu bernama Sindang Kasih.
Begitu tiba di museum yang memiliki bentuk bangunan seperti sepeda ini, tim detikcom langsung disambut oleh pengurus museum. Museum bernama Bale Panyawangan Diorama ini diresmikan pada 21 Februari 2015 dan mempunyai 9 bagian yang membahas berbagai macam mengenai budaya dan sejarah Sunda.
Tim detikcom bersama Bupati Purwakarta di Bale Panyawangan Diorama (Foto: Triono/detikcom) |
Berikut 9 bagian Bale Panyawangan Diorama:
1. Bale Prabu Maharaja Linggabhuwana yang menyajikan sejarah tatar Sunda
2. Bale Prabu Niskala Wastukencana, yang merupakan hall of fame dari para pemimpin Purwakarta
3. Bale Prabu Dewaniskala yang menggambarkan Purwakarta dari masa ke masa. Mulai jaman Mataram, VOC, dan Hindia Belanda sejak tahun 1620-1799
4. Bale Prabu Ningratwangi, menyajikan Purwakarta di masa pendudukan Hindia Belanda tahun 1800-1942
5. Bale Prabu Jayaningrat yang menampilkan Purwakarta saat masa pergerakan nasional dan pendudukan Jepang
6. Bale Prabu Ratudewa. Di Bale ini kita akan disajikan keadaan Purwakarta waktu masa kemerdekaan di tahun 1945-1950. Mulai peristiwa Rengasdengklok hingga jaman Demokrasi Liberal
7.Bale Prabu Nilakendra yang menyuguhkan Kota Purwakarta di masa Demokrasi Terpimpin di tahun 1959-1967
8. Bale Prabu Surawisesa. Bale ini menampilkan Kota Purwakarta ketika masa pemerintahan Orde Baru dan era reformasi hingga saat ini
9. Bale Ki Pamanah Rasa yang merupakan bagian terakhir dari museum ini yang menampilkan Digjaya Purwakarta Istimewa tahun 2008-2018.
Tim detikcom bersama Bupati Purwakarta Gowes Sepeda (Foto: Yudhistira Amran Saleh/detikcom) |
Dedi menunjukkan sebuah buku besar yang menceritakan sejarah Sunda. Ternyata, buku itu bukan buku biasa. Buku itu adalah buku digital yang menampilkan gambar dan tulisan yang bisa berubah-ubah.
"Wah bagus sekali ini. Ada sensornya. Jadi kalau saya bolak-balikkan gini bisa langsung ganti-ganti tulisan dan gambar," ucap Pemimpin Redaksi detikcom Arifin Asydhad terkagum-kagum.
Selain itu, untuk lebih mendramatisir kejadian saat perang dengan penjajah, lantai museum ini juga dilumerkan dengan cat berwarna merah. "Awas darah," sahut Dedi sambil menunjuk ke lantai.
Tim detikcom bersama Bupati Purwakarta di Bale Panyawangan Diorama (Foto: Triono/detikcom) |
Museum ini juga menampilkan video-video pidato dari mulai Presiden RI Ir Soekarno hingga Presiden Joko Widodo. Juga ada pidato bupati Purwakarta dari masa ke masa.
Dedi kemudian menunjukkan sebuah ruangan bioskop kecil di museum tersebut. Sebelum memasuki bioskop, pengunjung diharuskan melepas sepatu atau sandal.
Purwakarta selain mempunyai makanan Sate Maranggi ternyata juga mempunyai goyangan Maranggi. Dedi mengajak tim detikcom untuk ikut goyang Maranggi.
"Gak afdol kalau ke sini teh gak ikut goyang Sate Maranggi," tutur Dedi.
Tim detikcom pun bergoyang Maranggi bersama Bupati Dedi. Seperti ini penggalan lirik Goyang Sate Maranggi:
"Sate Maranggi asli Purwakarta
Lezat dan nikmat
Selera kita-kita
Maranggi... Maranggi"
Tim detikcom bersama Bupati Purwakarta Goyang Maranggi (Foto: Yudhistira Amran Saleh/detikcom) |
Setelah puas bergoyang, Dedi mengajak ke tempat yang terdapat sepeda digital. Sepeda digital tersebut bila di gowes akan membawa kita ke berbagai tujuan wisata di Purwakarta secara singkat.
"Tinggal digowes nanti bisa langsung ke Waduk Jatiluhur terus juga bisa ke tengah kota," jelas pengurus museum.
Dedi berharap, museum ini bisa menambah pengetahuan dan wawasan mengenai budaya Sunda khususnya sejarah di kota Purwakarta. "Masuk museum ini gak bayar, gratis," tutup Dedi sembari mengajak tim detikcom meninggalkan museum. (yds/try)












































Tim detikcom bersama Bupati Purwakarta di Bale Panyawangan Diorama (Foto: Yudhistira Amran Saleh/detikcom)
Tim detikcom bersama Bupati Purwakarta di Bale Panyawangan Diorama (Foto: Triono/detikcom)
Tim detikcom bersama Bupati Purwakarta Gowes Sepeda (Foto: Yudhistira Amran Saleh/detikcom)
Tim detikcom bersama Bupati Purwakarta di Bale Panyawangan Diorama (Foto: Triono/detikcom)
Tim detikcom bersama Bupati Purwakarta Goyang Maranggi (Foto: Yudhistira Amran Saleh/detikcom)