Kisah Perjuangan Ki Bagus Hadikusumo Dinilai Layak Difilmkan

Kisah Perjuangan Ki Bagus Hadikusumo Dinilai Layak Difilmkan

Bagus Kurniawan - detikNews
Rabu, 18 Nov 2015 15:37 WIB
Foto: Bagus Kurniawan/detikcom
Yogyakarta - Ki Bagus Hadikusumo baru saja mendapatkan gelar pahlawan. Kisah perjuangan dan pemikiran tokoh Muhammadiyah ini pun dinilai layak untuk difilmkan.

Ki Bagus sebagai anggota BPUPKI turut berperan dalam lahirnya Pembukaan UUD 1945. Dia juga dikenal sangat gigih dalam memperjuangkan menegakkan akidah Islam. Kisah perjuangan dan kegigihannya itu layak diteruskan kepada generasi muda.

"Dokumentasi mengenai tulisan-tulisan Ki Bagus Hadikusumo sudah ada, termasuk tulisan karya orang lain tentang beliau. Kisah perjuangan beliau sudah selayaknya diangkat ke dalam layar lebar," ungkap Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof Dr Bambang Cipto, dalam Seminar Kepahlawanan Ki Bagus Hadikusumo di Ruang Sidang Gedung Pascasarjana UMY di kampus Tamantirto, Kasihan Bantul, Rabu (18/11/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Bambang jika perjuangan Ki Bagus Hadikusumo tersebut hanya dipublikasikan melalui tulisan atau buku masih kurang menarik. Karena minat baca masyarakat saat ini mulai kurang.
Ki Bagus Hadikusumo (istimewa)
"Kalau dibuat film justru akan lebih menarik minat masyarakat untuk mengetahui lebih jauh tentang sosok dan perjuangan Ki Bagus. UMY juga siap mendukung jika perjuangan Ki Bagus ini difilmkan," kata Bambang.

Menurut mantan Ketua PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif, sosok Ki Bagus merupakan salah satu pendiri negara yang keras, tegas namun luwes. Sikap tersebut berkat gemblengan dan ajaran pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan.

"Sikap Ki Bagus merupakan buah dari ajaran-ajaran K.H. Ahmad Dahlan. Mungkin kalau tidak dididik oleh Kiai Ahmad Dahlan, beliau hanya menjadi jadi seorang kiai biasa," ungkap Buya Syafii panggilan akrabnya itu.

Menurut dia, Ki Bagus merupakan seorang petarung yang memiliki argumen kuat. Orang Muhammadiyah sudah seharusnya bertutur jelas, memiliki prinsip yang kuat dan tegas dalam berargumentasi. Argumen yang kuat itu juga harus disertai dengan kebenaran mutlak, tidak dengan memonopoli kebenaran.

"Seperti diungkapkan dalam dalil Laa ikraaha fiddiin. Yang diartikan sebagai tidak ada paksaan dalam agama. Maka ketika berargumen harus berlandaskan dalam kebenaran meski tidak dapat diterima oleh pihak lain," katanya.

Sementara itu seorang peneliti Dr Martino Sardi mengungkapkan dirinya sejak tahun 1990 telah melakukan riset terhadap Ki Bagus dan mempresentasikannya di negara-negara di Eropa. Pemikirannya mencerminkan seorang tokoh yang kepemimpinannya dilakukan tanpa pamrih.
Β 
"Yang paling menarik dari pemikiran Ki Bagus adalah dasar keimanan akan Allah yang mempengaruhi seluruh pemikiran, sikap dan tindakannya, yang tetap teguh berjuang demi kebaikan, kebenaran, kejujuran, keadilan, kebijaksanaan, solidaritas, dialog, dan keutuhan alam ciptaan," katanya.

Menurut Martino, politik diplomasi Ki Bagus itu mengalir dari sikap imannya yang teguh akan Allah. Oleh karena itu dalam berdiplomasi, Ki Bagus sangat respek terhadap sesamanya. Karena sesamanya beliau pandang sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling baik.

"Politik diplomasinya antara lain dalam pembicaraan, diskusi dan ceramah di sidang-sidang BPUPKI dan PPKI, dan dalam penolakannya terhadap perintah penguasa Jepang yang mengharuskan siswa-siswa sekolah di tanah jajahannya untuk melaksanakan kebaktian menyembah dan menghormati dewa matahari atau Amaterasu Omi Kami," katanya.


Dari iman akan Allah yang sungguh-sungguh dan mendalam itu, lanjut dia, Ki Bagus mau menyatakan bahwa soal iman merupakan perkara hidup, yang tidak dapat diganggu-ganggu oleh siapapun, bahkan penguasa sekalipun. Perkara iman jauh melebihi harga diri orang, karena Allah-lah yang menentukan kehidupan ini. Bahkan hingga penguasa Jepang pun sangat menghormati apa yang dikehendaki oleh Ki Bagus. (bgs/hri)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads