Rahasia Terbang Kelelawar yang Ditiru Drone

Sains

Rahasia Terbang Kelelawar yang Ditiru Drone

Sapto Pradityo - detikNews
Selasa, 17 Nov 2015 15:52 WIB
Rahasia Terbang Kelelawar yang Ditiru Drone
Foto: AWF
Jakarta -

Dalam mitologi Jerman, jika ada kelelawar masuk rumah, berarti ada setan yang sedang menghampiri. Di Slovenia, kedatangan kelelawar, serupa gagak, sama artinya dengan datangnya malaikat maut. Kecuali Batman, sedikit sekali cerita baik soal kelelawar.

Kelelawar sudah hampir identik dengan dongeng horor dan kisah-kisah seram. Padahal manusia punya utang yang sangat besar kepada kelelawar. "Orang sering bertanya, buat apa kita peduli pada kelelawar," kata Paul Cryan, peneliti di Badan Survei Geologi Amerika Serikat, beberapa waktu lalu. Faktanya, tak seperti kisah di dongeng-dongeng horor, kelelawar memberikan manfaat sangat besar.

Setiap tahun, menurut penelitian bersama Badan Survei Geologi; Universitas Pretoria, Afrika Selatan; serta Universitas Boston dan Universitas Tennessee, Amerika Serikat; petani Amerika berutang miliaran dolar AS kepada koloni kelelawar. "Kelelawar memangsa hama dalam jumlah sangat besar," kata Justin Boyle, peneliti dari Universitas Pretoria.

Jadi pemangsa hama bukan satu-satunya utang manusia kepada kelelawar. Guano, kotoran kelelawar, merupakan pupuk yang sangat kaya nutrisi untuk tanaman. Sebelum sumur-sumur minyak ditemukan, menurut Jim Kennedy, biolog di Bat Conservation International, kepada TPWMagazine, Negara Bagian Texas, Amerika, mengeruk duit sangat besar dari perdagangan guano.

Karine Aigner


Tapi rupa-rupa cerita seram soal kelelawar membuat satu-satunya mamalia yang bisa terbang ini hidup menderita. Mereka diusir dan dibunuh. Diperkirakan, ada lebih dari 1.000 jenis kelelawar di seluruh dunia. Mereka rata-rata hidup di daerah yang hangat, tak jauh dari wilayah sepanjang ekuator. Menurut International Union for Conservation of Nature, ada sekitar 250 jenis kelelawar yang masuk Daftar Merah atau rawan punah.

Padahal banyak sekali hal menarik soal kelelawar, juga banyak sekali "misteri" soal binatang malam ini yang masih gelap. Ratusan, bahkan ribuan, anggota koloni kelelawar bisa berhamburan terbang dalam gua tanpa setitik pun cahaya dan tak ada satu pun yang bertabrakan. Bagaimana koloni kelelawar bisa mengatur "lalu lintas" demikian sempurna?


Setelah menganalisis ribuan data pola terbang kelelawar Daubenton yang tampak kacau, misteri itu terjawab. Mereka, menurut Marc Holderied, biolog dari Universitas Bristol, mengikuti lintasan yang simpel. Di tempat gelap, mereka terbang berpasangan. Satu berperan sebagai pembuka jalan, satu lagi terbang membuntuti. Kedua kelelawar berkomunikasi dengan semacam sonar yang memancarkan dan menerima gelombang radio.

"Kadang mereka menghindari tabrakan dengan terbang lebih cepat, kadang dengan mengerem laju terbang," kata Holderied, seperti dikutip National Geographic. Salah satu pertanyaan yang belum terjawab adalah mengapa kelelawar terbang zigzag.

Satu hal lagi yang selama ini tak terpecahkan adalah kemampuan manuver kelelawar yang luar biasa. Hanya dalam sepersekian detik, kelelawar mampu jungkir balik dari posisi terbang normal, bergelantungan di langit-langit dengan kepala di bawah, dan merapatkan sayapnya.

Padahal, dibanding burung, kelelawar punya proporsi sayap jauh lebih besar dari tubuhnya. Justru sayapnya yang sangat besar itu, menurut Sharon Swartz, biolog dari Universitas Brown, membuat kelelawar bisa terbang dan bermanuver yang tak bisa ditiru binatang terbang lain. "Tak ada binatang lain yang bisa mendarat dengan cara seperti kelelawar," kata Sharon, kepada Phys, beberapa hari lalu.

Alih-alih menambah kecepatan untuk mengumpulkan gaya aerodinamis, kelelawar malah mengepakkan sayapnya pada posisi tertentu untuk mendapatkan gaya inersia, sehingga mereka bisa berakrobat mengubah posisi kepala dan tubuhnya sebelum mendarat. Gaya bermanuver kelelawar ini, menurut Kenny Breuer, anggota tim peneliti, sama uniknya dengan cara kucing memutar tubuhnya ketika jatuh.

TNC


Gaya mendarat yang lain dari yang lain itu pulalah yang dilakukan kelelawar kala hendak terbang. "Tak seperti burung, kelelawar tak bisa mulai terbang dari posisi berdiri dengan kepala di atas.... Makanya mereka mengandalkan gaya inersia," kata Breuer.

Julian Colorado bersama tim dari Universitas Politeknik Madrid, Spanyol, dan Universitas Brown mencoba mengimitasi teknik terbang tak biasa kelelawar ini pada robot terbang mereka, BatBot. Bagaimana kelelawar terbang naik dan turun, bagaimana kelelawar bermanuver, sangat unik. Kelelawar, menurut Julian, melipat sayapnya setelah mengepakkan sayap saat menambah ketinggian. Cara itu kelelawar bisa mengirit 35 persen tenaga dan mengurangi aerodynamics drag.

Halaman 2 dari 2
(sap/hbb)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads