Namun, teror di Paris pekan lalu, dan serangan teror di AS, 14 tahun lalu, memiliki banyak perbedaan, meski ada yang bisa ditarik kesamaannya. Perbedaannya, misalnya soal pelaku. Serangan di AS, yang dikenal dengan "Peristiwa 9/11" dilakukan para teroris yang berasosiasi dengan kelompok Al Qaidah pimpinan Usamah Bin Ladin. Sementara, Presiden Prancis Francois Hollande menuding kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) berada di balik teror Paris.
Bentuk serangan dua aksi teror itu juga berbeda. Di Paris, para teroris memberondong korbannya dengan senapan dan melakukan bom bunuh diri. Serangan ini menewaskan setidaknya 132 orang. Sedangkan aksi 11 September 2001 dilakukan dengan cara membajak pesawat dan menabrakannya ke sejumlah bangunan penting di negeri Abang Sam itu. Lebih dari 3.000 orang tewas dalam peristiwa 9/11, termasuk 400 anggota kepolisian dan petugas pemadam kebakaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, ada kesamaan ciri antara teror Paris dan peristiwa 11 September. Yakni sama-sama dilakukan di sejumlah lokasi, dan secara serentak, dalam rangkaian waktu yang berdekatan. Seperti diketahui, aksi teror di Paris pada Jumat malam lalu dilakukan di sejumlah tempat dalam waktu yang nyaris bersamaan.
Antara lain, penembakan yang dilakukan di sejumlah restoran, seperti restoran Le Carillon dan restoran La Petit Cambodge. Pelakunya diduga seorang pria yang bersenjata kalashnikov. Belasan orang disebutkan tewas dan puluhan luka-luka di sejumlah lokasi ini.
Penembakan di sejumlah restoran itu hanya berselang beberapa menit dengan aksi bom bunuh diri yang dilakukan tiga teroris di dekat Stade de France, saat di stadion sepak bola itu digelar laga persahabatan antara Tim Nasional Prancis melawan Jerman. 7 tewas termasuk 3 orang yang diduga pelaku di tempat itu. Belasan lainnya luka-luka.
Saat petugas keamanan tengah berfokus pada serangan di Stade de France, teroris lain menyerang gedung konser Bataclan. Para teroris tiba-tiba masuk ke dalam gedung, melakukan penyanderaan dan menembaki ratusan tamu yang sedang menonton konser band Eagles of Death Metal asal AS. Di tempat ini, 87 korban tewas, plus empat orang yang diduga pelaku.
Peristiwa 9/11
Adapun aksi teror 11 September 2001 juga dilakukan dalam serangkaian waktu yang berdekatan. Dikutip dari berbagai sumber, peristiwa 9/11 dilakukan 19 teroris yang secara hampir bersamaan, membajak empat pesawat sekaligus. Pesawat yang dibajak itu kemudian dikuasai dan dipakai untuk melakukan serangan bunuh diri ke sejumlah bangunan penting.
Dua dari empat pesawat yang dibajak ditabrakkan ke dua menara World Trade Center di kota New York. Pesawat pertama yang menghantam gedung WTC adalah dari maskapai American Airlines dengan nomor penerbangan 11. Pesawat berjenis Boeing 767 dengan bahan bakar terisi penuh itu menabrak menara utara WTC pada pukul 8.45 waktu setempat.
Saat evakuasi korban berlangsung,—peristiwa itu sempat dikira kecelakaan—18 menit kemudian, pesawat Boeing 767 dari maskapai United Airlines nomor penerbangan 175 juga diarahkan oleh pembajak lain ke menara selatan WTC. Seperti menara kembarannya, gedung pencakar langit setinggi 110 lantai, yang merupakan simbol kekuatan ekonomi AS itu juga ditabrak hingga menimbulkan ledakan dan kebakaran hebat. Belakangan kedua menara WTC itu runtuh.
Tak berselang lama dari serangan bunuh diri ke gedung WTC, pesawat ketiga, yakni dari maskapai American Airlines nomor penerbangan 77, ditabrakkan ke sisi barat gedung Pentagon. Sebanyak 125 personel militer dan warga sipil tewas dalam serangan di markas besar militer AS itu, selain 64 orang penumpang pesawat.
Namun, dari empat pesawat yang dibajak pada Selasa pagi, 11 September 2001 itu, tak semuanya berhasil digunakan teroris untuk melakukan serangan bunuh diri. Pesawat keempat, yakni United Airlines penerbangan 93, jatuh di kawasan Pennsylvania, sebelum menabrak sasaran. Diduga, pesawat itu akan dipakai keempat pembajak yang merebut kendali pesawat tersebut dari pilot, untuk menyerang Capitol Hill atau gedung putih di Washington DC.
Dari rekaman penerbangan 93 diketahui para penumpang berupaya merebut pesawat dari tangan teroris. Penumpang memutuskan melakukan perlawanan setelah beberapa diantara mereka melakukan hubungan telepon—dari udara ke darat—dan mengetahui bahwa saat itu terjadi pembajakan tiga pesawat lain, dan dipakai untuk menabrak tiga sasaran penting.
Dengan senjata seadanya yang ada di pesawat, seperti tangki pemadam, sejumlah penumpang penerbangan 93 akhirnya melakukan perlawanan terhadap para teroris. Namun, aksi merebut kendali pesawat itu berakhir tragis. Burung besi itu menjadi tak terkendali, dan jatuh di kawasan Pennsylvania. Seluruh penumpang, termasuk empat teroris tewas. Peristiwa tersebut kemudian difilmkan dengan judul "United 93".
Pernyataan perang terhadap teroris
Serangan 11 September diduga dilakukan sebagai balasan atas campur tangan Amerika Serikat dalam konflik di Timur Tengah. Adapun aksi teror di Paris, diyakini karena dilatarbelakangi dukungan Prancis dalam memerangi ISIS di Suriah. Setelah mendapatkan serangan teror tersebut, baik Amerika Serikat, maupun Prancis, sama-sama menyatakan perang terhadap penyerangnya.
Aksi teror di berbagai belahan dunia boleh jadi dilakukan dengan cara, motif, dan oleh pelaku yang berbeda. Namun, selalu saja ada sesuatu yang bisa ditarik menjadi benang merahnya. (dim/dra)