"Tapi aku pernah mendengar dari Bu Hartini, istrinya," aku Gusti Nurul.
Keyakinan perempuan bernama asli Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Koesoemowardhani bahwa Sukarno menaruh hati padanya diketahui setelah dia menikah. Pada setiap kali bertemu Gusti Nurul, Bung Karno selalu mengatakan, "Wah, aku kalah cepat dengan suamimu."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satunya dengan mengundang Gusti Nurul dalam sebuah jamuan santap siang ke Istana Cipanas di Bogor, Jawa Barat. Ditemani sang ibu, Gusti Kanjeng Ratu Timoer, Gusti Nurul memenuhi undangan Bung Karno.
Bung Karno sempat mengajak Gusti Nurul berjalan-jalan berdua mengelilingi ruang dalam Istana Cipanas. Mereka melihat-lihat koleksi lukisan yang terpasang di dinding Istana. "Di Istana aku sempat melihat lukisan pemandangan bersama Presiden Sukarno," tutur Gusti Nurul.
Di Istana Cipanas itulah Bung Karno meminta Basuki Abdullah melukis wajah Gusti Nurul. "Setelah jadi, lukisan tersebut dipasang di kamar kerja Presiden (Sukarno) di Istana Cipanas," kata Gusti Nurul.
Setelah melalui berbagai pendekatan itu memang Bung Karno tak pernah menyampaikan keinginannya untuk meminang Gusti Nurul. Namun seandainya Bung Karno melamar, Gusti Nurul akan menolak.
Alasannya sama seperti saat Gusti Nurul menolak pinangan Sutan Sjahrir. "Sebagai tokoh Partai Sosialis Indonesia, ia (Sjahrir) tidak mungkin menikah dengan putri bangsawan yang dianggap feodal," kata Gustu Nurul.
Hal yang sama juga akan dikatakan Gusti Nurul seandainya Bung Karno jadi melamarnya. "Sebagai tokoh PNI, tak mungkin ia menikah denganku," tuturnya.
Namun penolakan terhadap Bung Karno tak hanya karena alasan ideologi. Sikap tegas Gusti Nurul yang menolak poligami menjadi alasan dia menolak Bung Karno yang saat itu sudah menjadi suami Fatmawati.
"Yang terpenting, aku tidak mau dimadu. Yah, ia (Sukarno) memang bukan jodohku," kata Gusti Nurul.
(erd/nrl)