Kehidupan di luar istana dan hidup sebagai rakyat biasa juga menarik untuk dikisahkan. Seperti yang diceritakan oleh Gusti Nurul dalam buku yang berjudul "Gusti Noeroel Streven Naar Geluk (Mengejar Kebahagiaan)" karya Ully Hermono yang dikutip detikcom, Rabu (11/11/2015).
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika ditanya soal luas halaman dan besar bangunan rumah dinasku, sama sekali tidak seberapa dibandingkan dengan Pura Mangkunegaran, tapi aku merasakan kedamaian dan kebebasan sejati di sini," ucap Gusti Nurul.
Dia mengaku begitu beruntung mendapat suami Mas Jarso, panggilan Gusti Nurul kepada pujaan hatinya, alasannya karena Mas Jarso tak rewel apalagi soal makanan. Dia juga merasa nyaman dengan lingkungan barunya dan mulai menikmati hidup menjadi rakyat biasa.
"Aku mulai mengenal ruang lingkup pekerjaan suami dan sebagai istri tentara dan aku aktif mengikuti organisasi istri tentara. Aku begitu menikmati kegiatan baru ini, aku diperlakukan sama dengan istri prajurit yang lain. Tidak ada lagi yang memanggilku Gusti, yang ada hanya ibu, jeng atau mbakyu," kata Gusti Nurul.
![]() |
Rumah tangga Gusti Nurul berjalan baik meski lama tak mendapat keturunan, hingga akhirnya dia mengambil anak untuk memancing agar dia bisa mengandung, nama anak itu Bambang Atasadji. Mereka tinggal di Jakarta selama dua tahun, lalu sekeluarga pindah ke Bandung.
"Bandung saat itu masih memiliki udara yang sejuk dan ini sangat cocok bagiku. Hanya setahun tinggal di Bandung kebahagianku bertambah saat dokter mengatakan aku mengandung," ujarnya.
Di usia Gusti Nurul yang ke-33 tahun, dia melahirkan seorang bayi perempuan dengan berat 2,8 kg di RS Soeti, Bandung dan diberi nama B.R.Ay. Paramita Wiyarti. Tiga tahun setelah Paramita lahir, Gusti Nurul kembali dikaruniai anak yakni R.M. Adji Pamoso, R.Aj Rasika Wijarti dan R.Aj. Heruma Wiyarti.
Mengikuti suami yang sering berpindah-pindah dinas tak menjadi halangan bagi Gusti Nurul. Setelah dari Bandung, mereka sempat pindah Amerika Serikat, saat itu suami Gusti Nurul menjadi Atase Militer di Washington DC. Di AS Gusti Nurul kembali melahirkan anak ke-5 nya R.Ay Wimaya Wiyarti.
Setelah tugas di AS selesai, Gusti Nurul dan keluarga kembali ke Tanah Air. Suaminya diangkat sebagai Rektor Institut Teknologi Tekstil di Bandung.
Gusti Nurul mengungkapkan suaminya adalah seorang muslim yang taat beribadah, setiap pagi selalu mengajak anak-anaknya salat. Mas Jarso seorang yang taat pada ajaran Islam, sementara Gusti Nurul kental dengan budaya Jawa yang ditanamkan di istana sejak dia kecil.
Kegiatan Gusti Nurul di Bandung begitu padat mulai dari mengurus anak-anak hingga aktif di berbagai kegiatan.
"Tahun 1998 aku mendapat anugerah Citra Wanita Pembangunan Indonesia dari Menteri Negara Urusan Peranan Wanita RI, Ibu Mien Sugandi. Penghargaan ini aku berikan pada keluargaku, sebagai wanita Jawa tentu aku mengutamakan bakti pada keluarga," tutup Gusti Nurul.
Gusti Nurul tutup usia Selasa (10/11/2015) pukul 08.20 WIB di RS Borromeus Bandung. Dia menggenapkan usia hingga 94 tahun dengan meninggalkan 7 orang anak, 14 cucu dan 1 cicit. Hari ini jenazah dimakamkan di Solo.
![]() Gusti Nurul dan orang-orang yang merawatnya dan buyutnya Diva (Repro buku "Gusti Noeroel/ Foto: Reno Hastukrisnapati/detikcom) |
(slm/nrl)