Mereka Percaya Ada Viagra di Badan Pesawat

Sains

Mereka Percaya Ada Viagra di Badan Pesawat

Sapto Pradityo - detikNews
Selasa, 10 Nov 2015 18:25 WIB
Mereka Percaya Ada Viagra di Badan Pesawat
Foto: REUTERS/The Elvis Presley Estate/Handout via Reuters
Jakarta -

Konon, Elvis Presley bukan manusia biasa. Saat Raja Rock n' Roll itu lahir, menurut Michael C. Luckman, penulis buku "Alien Rock : The Rock n' Roll Extraterrestrial Connection", cahaya kebiruan berputar-putar di langit Tupelo, Mississippi, kota kelahiran Elvis.

"Vernon, ayahnya, bercerita kepada kami.....Dia keluar untuk menyesap rokok pada pukul 2 dinihari saat istrinya melahirkan dan saat dia melihat ke langit, dia melihat cahaya aneh kebiru-biruan," kata Larry Geller, sahabat keluarga Elvis, seperti dikutip PerthNow. Luckman percaya, makhluk asing dari luar bumi, sempat mengunjungi Elvis saat dia masih kecil.

Geller yang belakangan menjadi penasehat spiritual Elvis menuturkan, suatu kali saat dia dan Elvis menyetir di gurun pasir, mereka berdua melihat benda langit bercahaya melesat lewat di atas kepala. "Mereka melesat jauh lebih cepat dari pesawat terbang," kata Geller. Ditambah segala macam bumbu, rupa-rupa cerita itu berkembang liar. Sebagian pemuja Elvis bahkan yakin bahwa dia seorang alien.

Neil Armstrong di bulan (NASA/Reuters)


Banyak sekali cerita dan berita aneh seperti itu beredar di luar sana. Ada yang terdengar sangat meyakinkan, ada yang agak janggal, ada pula yang tak masuk akal dan konyol. Mengklaim telah mengintip dokumen rahasia dari Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA), Dino Brugioni, mantan intel CIA, kepada
Pravda mengaku melihat foto tiga benda raksasa bersinar terang. Konon itu lah foto Bahtera Nabi Nuh yang ditemukan terpendam di Gunung Ararat, Turki. Bentuknya menyerupai piring terbang, dan tentu saja, tak berasal dari peradaban di bumi ini.

Kendati kadang janggal dan tak masuk akal, ternyata tak sedikit yang percaya kepada teori konspirasi dan berita-berita seperti itu. Apakah Anda percaya bahwa pemanasan global adalah kabar palsu dan alien benar-benar ada? Ternyata, menurut survei Public Policy Polling (PPP) dua tahun lalu, 37 persen warga Amerika Serikat percaya bahwa pemanasan global hanyalah hoax, 29 persen yakin bahwa ada makhluk asing di luar bumi, dan 16 persen tak percaya Neil Armstrong dan Edwin Aldrin benar-benar mendarat di bulan pada Juli 1969.


Bagaimana mereka bisa percaya dengan berita-berita tanpa bukti seperti itu? Orang-orang yang percaya pada teori konspirasi dan sejenisnya, menurut penelitian Alessandro Bessi dan tim dari Istituto Universitario di Studi Superiori, Italia, memang gampang sekali termakan berita-berita "aneh". Alessandro mengujinya lewat Facebook. Dia sengaja menyebar kabar konyol,"Tahukah Anda bahwa hasil pengujian kimia terhadap bagian dari pesawat ditemukan mengandung Viagra". Umpan dari Alessandro memancing diskusi seru di antara mereka yang percaya dengan teori konspirasi.

Orang yang percaya terhadap teori konspirasi, menurut Joseph E. Uscinski, profesor politik dari Universitas Miami, dan penulis buku "American Conspiracy Theories", tersebar merata, tak peduli jenis kelamin, pekerjaan, ideologi atau penghasilan. Pada beberapa kelompok, seperti di keturunan Afrika di Amerika, mereka punya kepercayaan lebih tinggi terhadap kabar bahwa CIA sengaja menyebar kokain di komunitasnya. Seperti halnya keturunan kulit putih yang lebih percaya bahwa Presiden Barack Obama sebenarnya warga asing.

Presiden Barack Obama (Reuters)


Kadang, berita palsu dan rupa-rupa teori konspirasi ini tak perlu dianggap serius. Tapi ada pula yang perlu ditanggapi lantaran bisa berdampak serius, misalnya berita soal vaksinasi campak, gondong dan rubella (MMR) menyebabkan autisme pada anak-anak. Kabar itu terus beredar, dari ponsel ke ponsel, juga lewat jejaring sosial, kendati Institut Kesehatan Nasional Amerika (NHS) sudah membantahnya.

"Membantah kabar itu kadang sia-sia belaka. Bagi mereka yang percaya, makin dibantah, makin kuat keyakinan mereka bahwa berita itu benar," kata Rob Bretherton, penulis buku "Suspicious Minds: Why We Believe in Conspiracy Theories", kepada Guardian.

Halaman 2 dari 2
(sap/iy)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads