Margonda, Belanda Depok dan Peristiwa Gedoran

Kisah Pahlawan Muda

Margonda, Belanda Depok dan Peristiwa Gedoran

Wisnu Prasetyo - detikNews
Senin, 09 Nov 2015 11:46 WIB
Foto kolase: Andhika Akbarayansyah/detikcom
Jakarta - Pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, wilayah Depok yang dahulu menjadi satu dengan Bogor, belum sepenuhnya dapat melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Rakyat terus berjuang agar para penjajah angkat kaki dari negeri ini.

Seperti yang terjadi di Depok, Jawa Barat, di sana ada peristiwa penting yang dikenal dengan nama "Gedoran Depok". Gedoran Depok merupakan sebuah titik penting dalam sejarah perjuangan warga Depok, yang di dalamnya juga terdapat kisah heroik tentang para pejuang yang tenar hingga saat ini, salah satunya Margonda.

Wilayah Depok yang pada awalnya merupakan sebuah tanah partikelir milik Cornelis Chastelein diserahkan pada 12 orang budak bawaan Cornelis Chastelein. Mereka kemudian mengurus wilayah Depok dan memiliki gaya hidup layaknya orang Eropa dengan menggunakan bahasa Belanda dalam pergaulan sehari-hari. Mereka inilah yang menjadi cikal bakal penyebutan Belanda-Depok.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arsip Belanda soal Gedoran (dok. ANRI)


Setelah proklamasi kemerdekaan tahun 1945, Belanda-Depok dianggap oleh masyarakat pribumi dan laskar-laskar rakyat sebagai kelompok yang tidak pro-republik dan tidak mengakui kemerdekaan Indonesia sehingga bermuara pada peristiwa yang dikenal dengan "Gedoran Depok" pada tanggal 11 Oktober tahun 1945.

Huru-hara yang meletus pada tanggal 11 Oktober 1945 itu ditandai dengan kejadian-kejadian beruntun, dimulai dengan pemboikotan pasar pada tanggal 7 Oktober 1945.

"Pada tanggal 7 Oktober, keadaan di Depok mulai memasuki masa kritis, ketika terjadi sebuah pemboikotan terhadap pasar di wilayah Depok yang biasanya menjadi pusat kegiatan jual-beli," seperti diterjemahkan dari Arsip Algemeen Secretarie Serie Grote Bundel 1942-1945 No.153, diakses dari Arsip Nasional Republik Indonesia pada Jumat, 6 November 2015.

Lukisan perjuangan tahun 45 (Museum Perjoangan Bogor)


Menurut dokumen tersebut, peran Margonda begitu sentral saat itu. Ketika malam hari sebelum peristiwa Gedoran Depok, Margonda sempat menjadi penengah antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan kaum Belanda-Depok. Ia kemudian berhadapan langsung dengan salah satu pimpinan TKR, Urip Sumihardjo. Akan tetapi, komunikasi tersebut mentok. TKR tetap menilai orang Belanda-Depok itu layaknya Belanda atau penjajah lainnya yang tidak menginginkan kemerdekaan Indonesia secara penuh.

Penyerangan terhadap orang Belanda-Depok oleh TKR ini kemudian berlanjut. Saat itu, TKR berhasil mengusir NICA untuk sementara. Margonda menilai peristiwa Gedoran Depok membuat para pejuang dan rakyat tercerai berai. Padahal seharusnya bersatu untuk memperjuangkan kemerdekaan.

Catatan soal Margondaย (ANRI)

Di tengah cerai berainya pasukan Indonesia, NICA kembali menyerbu dan menguasai Depok. Pasukan NICA yang datang membonceng Sekutu menyerbu Depok untuk 'membebaskan' orang Belanda-Depok yang ditawan oleh TKR. Para pejuang berhasil dipukul mundur dengan kekuatan NICA yang jauh lebih besar dan memadai dari segi persenjataan.

Tawanan wanita dan anak-anak Belanda Depok dibebaskan, dibawa ke kamp pengungsian di Kedunghalang, Bogor. Semenjak itu, kantor Gemeent Bestuur yang tadinya dijadikan markas TKR berubah menjadi markas NICA.

Memasuki bulan November, para pribumi yang tercerai-berai kembali menjalin koordinasi dan menyusun kekuatan. Mereka berencana merebut kembali Depok dari tangan NICA. Para pejuang bersepakat menyerbu Depok tanggal 16 November 1945. Serangan ini menjadi serangan terbesar yang dilakukan oleh masyarakat Depok. Margonda menjadi salah satu pemimpin penyerangan ini dan hendak melemparkan granat ke arah musuh, namun dia gugur diterjang timah panas tentara Inggris. Margonda mengembuskan nafas terakhirnya di pinggir Kali Bata, Pancoran Mas, Depok.




(slm/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads