Hal ini terungkap dalam seminar "Child Domestic Abuse and Harp Healing Performance by Fania Muthia" yang digelar di Soehanna Hall, The Energy Building Personal Project for Binus School Simprug, Jakarta Selatan, Minggu (8/11/2015). Hadir sebagai pembicara adalah para pemerhati anak seperti Seto Mulyadi, Muladi, Heidy Awuy. Ada juga Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Susanto dan Kanit PPA Polda Metro Jaya Kompol Mumuh Saepuloh. Mereka akan bicara dalam kesempatan terpisah.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Inilah yang banyak terjadi di Indonesia. Saya melihat sendiri bahwa para guru tidak dilatih sama sekali dari Dinas Pendidikan atau Kementerian" ujar Seto yang juga Ketua Umum Komnas Anak.
"Ada penelitian 60% guru tidak layak mengajar. Ilmunya ada, tapi tidak memahami psikologi anak. Kalau gurunya cerdas, kreatif anak akan semangat belajar. Manakala dimaki, dicela maka anak akan phobia" tutur Seto.
Menurut psikolog dan pemerhati anak ini, training tentang psikologi anak sangat dibutuhkan. Tak hanya itu, di keluarga pun wajib ada perhatian soal psikologi anak.
"Perlu diberikan training para guru tentang psikologi anak. Demikian pula di keluarga," imbuhnya.
Hingga saat ini, diskusi yang diikuti banyak peserta ini masih berlangsung. (mad/mad)