Lulusan SMK Paling Banyak Menganggur, Kenapa?

Lulusan SMK Paling Banyak Menganggur, Kenapa?

Herianto Batubara - detikNews
Jumat, 06 Nov 2015 10:28 WIB
Foto: Hasan Alhabshy
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Agustus 2015 angka pengangguran lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tertinggi, yakni sebesar 12,65%. Kenapa ini bisa terjadi?

Dalam laporan terakhirnya pada Agustus 2015, BPS mencatat angka pengangguran Indonesia mencapai 7,56 juta orang, atau meningkat 320.000 orang dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,24 juta orang.

Suhariyanto, Deputi Neraca dan Analisis Statistik BPS menyampaikan, sebanyak 6,4% dari total pengangguran merupakan lulusan universitas, dan 7,54% adalah lulusan diploma (I,II,III). Angka tersebut meningkat dari periode tahun sebelumnya. Namun angka pengangguran tertinggi berasal dari lulusan SMK dengan 12,65 persen. Kemudian untuk pendidikan Sekolah Dasar (SD) tercatat sebesar 2,74%, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 6,22%, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 10,32%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tingkat pengangguran terendah ada pada penduduk berpendidikan SD ke bawah, sementara untuk tertinggi pada jenjang pendidikan SMK," ujar Suhariyanto.

Kenapa ini bisa terjadi? Mendikbud Anies Baswedan menjelaskan, ada beberapa penyebab masih relatif tingginya tingkat pengangguran untuk penduduk dengan tingkat pendidikan SMK. Antara lain karena di Agustus umumnya siswa SMK baru saja lulus.

"Selama 3 bulan pertama setelah kelulusan, para lulusan SMK baru dalam proses mencari kerja," kata Anies lewat pesan singkatnya kepada detikcom, Kamis (5/11/2015) malam. Dia tengah berada di sidang UNESCO di Paris.

Anies menambahkan, dirinya mengikuti perkembangan ketenagakerjaan pada Agustus 2015 yang merujuk pada berita resmi yang dikeluarkan BPS Nomor No. 103/11/Th. XVIII. Data menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2015 tercatat sebesar 6,18 persen.

"Data BPS menunjukkan bahwa kualitas penduduk bekerja semakin membaik," sebut Anies.

Hal itu menurutnya bisa dilihat dari dua hal. Pertama, makin meningkatnya proporsi penduduk bekerja berpendidikan tinggi (meningkat dari 9,79% pada Agustus 2014 menjadi 11,01% pada Agustus 2015). Kedua, semakin menurunnya penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan SMP ke bawah (menurun dari 64,8% pada Agustus 2014 menjadi 62,30% pada Agustus 2015).

Sementara itu, tambah Anies, secara umum pola data TPT selama 2013-2015 menunjukkan bahwa TPT pada bulan Agustus cenderung jauh lebih tinggi (Agustus 2014 sebesar 5,94% dan Agustus 2015 sebesar 6,81%) dibandingkan dengan TPT pada bulan Februari (Februari 2014 sebesar 5,70% dan Februari 2015 sebesar 5,81 %).

Pola ini menurutnya juga dialami oleh TPT untuk penduduk dengan tingkat pendidikan jenjang pendidikan tinggi dan menengah, termasuk sekolah menengah kejuruan (Agustus 2015 sebesar 12,65% dan Februari 2015 sebesar 9,05%). (bar/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads