![]() |
Seharusnya, dalam satu set furnitur itu ada empat kursi, namun salah satu kursi tidak ikut dipamerkan dan ditinggal di tempat asalnya yaitu museum Kamar Pengabdian Diponegoro, Magelang. Sebagai gantinya, dibentangkan replika jubah milik Pangeran Diponegoro yang menyerupai aslinya.
"Jadi ini kursi perundingan Pangeran Diponegoro dan Jenderal De Kock. Ada empat orang yang duduk, Pangeran Diponegoro, Jenderal De Kock, Mayor Ajudan De Strure, dan Kapten Roes sebagai translator," kata Pemandu, Ajeng Istyarini kepada detikcom.
![]() |
Dalam perundingan damai itu ternyata tidak mencapai kesepakatan bahkan Belanda mengingkari janjinya dengan tiba-tiba memasukkan pasukan untuk menangkap Pangeran DIponegoro dan keluarganya yang datang pada perundingan tersebut.
"Tidak terjadi kesepakatan perundingan dan ternyata dijebak. Janjinya tidak ada senjata dan anak buah, tapi ternyata pasukan Belanda sudah mengepung. Pangeran Diponegoro dibawa ke Batavia dan diasingkan ke Makasar hingga akhir hayatnya," papar Ajeng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bekas cakarannya masih ada. Memang tidak kami bawa ke Semarang karena terlalu berisiko," tegasnya.
![]() |
Jubah asli Pangeran DIponegoro yang dipakai saat perundingan tersebut juga disimpan dalam lemari kaca. Jubah dari kain Santung Tiongkok itu kini rapuh sehingga penyimpanannya pun hati-hati termasuk harus mengatur suhu di dalam lemari.
"Jubah yang asli diberikan oleh cucu mantunya ke kami. Sudah rapuh sekali, untuk dipindahkan pun beresiko. Kalau yang dipamerkan ini replika dari kain Blacu berwarna sama," terang Ajeng.
Selain satu set furnitur dan replika jubah, dipajang pula kitab Taqrib dengan isi tulisan Arab gundul. Konon katanya kitab itu merupakan pelajaran strategi yang diberikan kepada Pangeran Diponegoro dari gurunya. Kemudian ada juga satu set poci dan cangkir milik Pangeran Diponegoro serta beberapa lukisan replika menggambarkan perjuangan Pangeran Diponegoro.
"Ini bukunya belum diketahui isi pastinya. Kami hanya menjaga dan tidak meneliti. Ini dari gurunya Pangeran Diponegoro," pungkasnya.
Ajeng pun menyarankan jika masih penasaran dengan kisah Pangeran Diponegoro maka bisa datang keΒ museum yang berada di Jalan P. Diponegoro no 1 Magelang. Gedung museum tersebut merupakan lokasi di mana Pangeran Diponegoro dijebak dan sekarang digunakan sebagai kantor Bakorwil.
"Bisa datang langsung ke Magelang. Pemandangannya juga bagus, lho, view pegunungan. Sering dipakai preewed," imbuhnya.
Berbagai barang milik Pengeran Diponegoro antara lain lukisan bergambar Pangeran Diponegoro yang dibuat seniman Belanda, satu set furnitur tempat perundingan terakhir, jubah asli Pangeran Diponegoro, amben tempat Salat, dan sebagainya. Namun saat ini sebagian barang itu dipajang di Museum Srt 2015 sampai hari Sabtu (6/11) besok.
(alg/dra)