Ketika disambangi detikcom sekitar pukul 11.45 WIB, Kamis (5/11/2015) Mak Okoy tengah memasak beras di dapur rumahnya yang sempit seraya menunggu kepulangan cucu kesayangannya.
![]() |
"Gini aja hidup emak mah, setelah kepergian anak emak Wawa beberapa tahun silam Kulsum tinggal sama emak. Meski susah cari uang Mak gak mau kalau harus meminta-minta sama orang, malu kalau harus gitu," lirih Mak Okoy kepada detikcom.
Di usianya yang senja, Mak Okoy sebenarnya memiliki 3 cucu lainnya hasil pernikahan Wawa putri satu-satunya dengan Ata (52). Selepas putrinya meninggal, salah seorang cucunya yaitu Kulsum memilih tinggal dengan Mak Okoy sementara Ata menikah lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap hari Mak Okoy berjalan kaki mencari botol atau kertas bekas untuk dijual, ketika hasil memulungnya sudah banyak baru ia jual ke pengepul yang rutin datang tiap dua minggu sekali. "Kadang dapet 15 ribu, kadang 20 ribu 'kumaha lobana we' (gimana banyaknya aja) lumayan buat jajan cucu atau buat beli beras," imbuhnya.
Saat ini Mak Okoy tinggal di sebuah bangunan sempit berukuran 2,5 x 3 meter. Ruang tamu ia jadikan sekaligus ruang tidur bersama cucunya, sementara dapur hanya diberi batas dinding anyaman. Menurut sejumlah tetangga rumah tersebut dibangun diatas tanah Ata sang menantu, sementara bangunannya hasil patungan warga setempat.
Sementara itu, ketua RT 04 Ece Ajum mengaku malu dengan kondisi Mak Okoy yang memulung di usia senja dan tinggal di rumah yang sempit . Sebenarnya pihaknya pernah memfasilitasi Mak Okoy tinggal di rumah yang layak. Namun ia lebih memilih tinggal tak jauh dari rumah menantunya.
"Entah kenapa, dulu sempat dibangunkan rumah namun ia menolak tinggal di sana. Mungkin beliau ini nggak mau sendiri dan ingin dekat dengan cucunya. Untuk makan sehari-hari warga bergantian memberikan bantuan, kadang berupa beras atau makanan sudah jadi," terang Ajum.
Menurut Ajum, dirinya maupun masyarakat setempat sama sekali tidak mengacuhkan keberadaan Mak Okoy. "Kita bahu-membahu untuk perduli ke Mak Okoy, dengan sekemampuan kita. Karena mayoritas penduduk disinipun kebanyakan bekerja serabutan," tandasnya. (dha/dra)