Akhir Polemik Tudingan Rekayasa Pertemuan Jokowi dan Suku Anak Dalam

Akhir Polemik Tudingan Rekayasa Pertemuan Jokowi dan Suku Anak Dalam

Rachmadin Ismail - detikNews
Selasa, 03 Nov 2015 10:55 WIB
Akhir Polemik Tudingan Rekayasa Pertemuan Jokowi dan Suku Anak Dalam
Foto: dok Tim Komunikasi Presiden
Jakarta - Polemik pertemuan Presiden Joko Widodo dan Suku Anak Dalam sudah berakhir. Para penebar fitnah di media sosial yang menyebut agenda tersebut penuh rekayasa tak akan dilaporkan ke polisi. Fakta sebenarnya soal peristiwa itu pun telah terkuak jelas.

Para saksi mata yang berada di lokasi saat pertemuan berlangsung pada akhir pekan lalu, satu per satu buka suara. Mulai dari Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, anggota Babinsa yang menjadi penerjemah antara Jokowi dan Suku Anak Dalam yaitu Kopka Husni Thamrin, hingga para warga Suku Anak Dalam yang terlibat dalam dialog.

Semua kompak memastikan bahwa dalam pertemuan itu tak ada rekayasa. Semua terjadi secara alami. Satu per satu tudingan rekayasa pun dijawab dengan fakta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Polisi memastikan siap mengusut para penebar fitnah terkait pertemuan tersebut. Apalagi kini sudah muncul surat edaran bernomor SE/06/X/2015 yang diteken Jenderal Badrodin Haiti pada 8 Oktober 2015 lalu soal ujaran kebencian atau hate speech.

Namun ternyata, Presiden Jokowi tak mau melaporkan si penebar fitnah. Seskab Pramono Anung mengatakan, Jokowi berharap hal seperti itu tidak sampai terulang lagi. Kasus ini juga harus jadi pelajaran bagi semua pihak.

Berikut rangkaian polemik Jokowi dan Suku Anak Dalam dari awal sampai akhir:

Presiden Pertama ke Suku Anak Dalam

Pada Jumat (30/10) lalu, Presiden Jokowi mengunjungi masyarakat Suku Anak Dalam di Jambi. Jokowi ingin mengetahui secara langsung apa keinginan masyarakat Suku Anak Dalam. Sebagai catatan, ini adalah kunjungan perdana seorang presiden menemui langsung suku pedalaman tersebut.

Tim Komunikasi Kepresidenan

Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana bertolak menggunakan helikopter dari Bandara Sultan Thaha Jambi menuju Desa Bukti Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi. Heli Super Puma, Puma dan Bell membawa rombongan dengan perjalanan ditempuh sekitar 45 menit.

Selama di sana, Jokowi melakukan dialog dan memberikan bantuan. Hal yang dibicarakan seputar keinginan pemerintah untuk memberikan bantuan rumah tinggal tetap dan lahan untuk digarap. Selain itu, disampaikan juga soal fasilitas listrik dan air bersih.

Kunjungan berlangsung selama hampir dua jam. Sekitar pukul 17.00 WIB, Jokowi kembali ke Jambi lalu meneruskan perjalanan ke Kalimantan Tengah.

Muncul Fitnah di Media Sosial

Tak lama setelah kunjungan dan foto-foto aktivitas Jokowi beredar, tiba-tiba muncul tudingan di media sosial. Ada yang menyebut, aktivitas itu direkayasa. Dua foto yang dijepret tim komunikasi kepresidenan dianalisis, diolah sedemikian rupa, kemudian disebar kabar rekayasa.

Dalam dua foto tersebut, para penebar fitnah menuding ada rekayasa dalam pembuatannya. Orang-orang yang masuk dalam foto disebut sosok yang sama. Mereka awalnya memakai baju, kemudian untuk kepentingan pencitraan, mereka diminta berpakaian tradisional.
media sosial

Lokasi dialog pun dipersoalkan. Ada yang menyebut kebun sawit yang menjadi latar bukanlah tempat tinggal asli Suku Anak Dalam. Muncul spekulasi, bahwa orang-orang yang ditemui Jokowi bukanlah orang rimba sebenarnya, tapi orang-orang desa yang kemudian direkayasa mirip orang Suku Anak Dalam.

Foto-foto tudingan rekayasa ini menyebar luas di media sosial, sampai menjadi viral. Mau tidak mau, pihak-pihak yang terlibat dalam pertemuan itu akhirnya buka suara.

Menteri, Penerjemah Sampai Suku Anak Dalam Bicara

Menteri Sosial Khafifah Indar Parawansa membuka dengan detail kronologi pertemuan Jokowi dan Suku Anak Dalam. Dia menegaskan, tak ada rekayasa di dalamnya. Semua berjalan dengan alamiah.

Jokowi tiba pukul 15.17 WIB, lalu bertemu dengan Suku Anak Dalam yang sedang duduk dan tidak berpakaian. Jokowi lalu berbincang santai dan menanyakan beberapa hal, salah satunya terkait rumah tinggal mereka. Setelah itu, Jokowi kembali ke Suku Anak Dalam yang lain dan memberikan bantuan. Bentuk bantuan itu ada berupa sembako, hingga Kartu Indonesia Sehat untuk keperluan mereka berobat. Setelahnya, Jokowi bertemu dengan Suku Anak Dalam di permukiman sementara. Pukul 17.00 WIB Jokowi kembali ke Jambi. (Baca kronologi lengkapnya di sini)

Penerjemah yang selalu mendampingi Jokowi selama dialog pun ikut bicara. Kopka Husni Thamrin menjelaskan, tak ada rekayasa dan orang-orang yang ada di dua foto itu jelas berbeda. Yang pertama, tanpa busana adalah kelompok yang masih tinggal di kebun sawit. Menurut Thamrin, mereka berasal dari kelompok Meriau. Berdasar warna lingkaran foto yang beredar di medsos, Thamrin menjelaskan, wajah yang dilingkari kuning adalah Meriau, sementara wajah dilingkari biru bernama Ngelawang yang juga adik kandung Meriau, lingkaran hijau bernama Nyerak, lingkaran putih yakni Genab, dan lingkaran merah adalah Thamrin sang penerjemah.

Kelompok kedua yang ada di dalam foto adalah mereka yang tinggal di rumah singgah. Berdasar foto yang beredar di medsos, Thamrin menjelaskan, wajah yang dilingkari biru adalah Bejalo, lingkaran hijau adalah Prabung, lingkaran kuning Tumenggung Tarib, lingkaran putih Tumenggung Grib, dan yang merah tetap Thamrin.

Warga Suku Anak Dalam pun menegaskan tak ada rekayasa. Salah seorang warga menyebut, semua berjalan secara alami, tak ada yang direkayasa. Bahkan Tumenggung Tarib, salah seorang pria yang ada dalam foto menegaskan, tak ada yang disetting dari acara tersebut. Di foto, Tarib mengenakan kemeja warna kuning.

"Saya waktu itu bersama kelompok Grib dan bapak Babinsa (Kopka Husni Thamrin) bersama tiga orang lainnya. Kami bertemu di teras rumah. Kami semua pakai pakaian lengkap," kata Tarib saat dihubungi detikcom, Senin (2/11/2015).

Tim komunikasi kepresidenan


Tarib menceritakan, awalnya Presiden Jokowi menemui SAD dari kelompok Ninjo. Pertemuan itu digelar di perkebunan kelapa sawit sebagaimana terekam dalam foto-foto yang beredar di media massa dan media sosial. "Mereka lama berbincang-bincang sama Pak Presiden," kata Tarib.

Usai bertemu dengan kelompok Ninjo, selanjutnya Jokowi ketemu dengan kelompok Tumenggung Grib--termasuk dengan Tumenggung Tarib.

"Jadi orang yang bertemu presiden di bawah kebun sawit, beda dengan kami yang ada di perumahan. Kami beda orang dan beda kelompok, walau kami sama-sama dari Suku Anak Dalam," kata Tarib yang pernah meraih Kalpataru pada tahun 2006 pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono karena konsen terhadap alam.

Kopka Thamrin (dok. pribadi)


Jokowi Tak Lapor Polisi

Polri sudah siap mengusut penebar fitnah Jokowi dan Suku Anak Dalam. Berbekal Surat Edaran hate speech bernomor SE/06/X/2015 yang diteken Jenderal Badrodin Haiti pada 8 Oktober 2015 lalu, para pelaku sudah diincar. Namun ternyata, presiden Jokowi tidak berniat melaporkan.

"Kami tak akan laporkan, tapi semoga hal seperti ini tak akan terulang lagi di kemudian hari," ujar Seskab Pramono Anung.

Akan tetapi pemerintah tetap memberikan peringatan agar hal serupa tak akan terjadi lagi. Justru seharusnya ini dijadikan momen untuk sama-sama melihat permasalahan yang selama ini jarang terungkap.

"Karena apa pun Presiden secara sungguh-sungguh, Presiden ingin angkat permasalahan Suku Anak Dalam tanpa berpretensi apa-apa. Kemudian malah muncul character assasination terhadal Presiden," ungkap Pramono.

dok. Tim Komunikasi Kepresidenan


Pramono Anung mengatakan, Jokowi bukanlah tipikal orang yang suka men-setting pertemuan dalam kunjungannya. Jokowi ingin tempat yang dikunjunginya itu apa adanya.

"Presiden ini apa adanya. Bahkan dalam kunjungan, Presiden selalu menegaskan bahwa jangan ada hal yang seakan-akan diperlihatkan baik. Beberapa acara yang sudah disusun, yang ternyata baru disiapkan satu-dua hari begitu dilaporkan kepada Presiden, pasti akan dibatalkan," kata Pramono.

Halaman 2 dari 4
(mad/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads