15 Orang perwakilan KRP berkumpul di depan kantor Kementerian Luar negeri (Kemlu), Jl Pejambon, Jakarta Pusat, Senin (2/10/2015). Mereka membawa reog, spanduk bertuliskan 'tindak tegas pembakaran reyog di KJRI Davao Filipina' dan surat terbuka untuk Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Kedatangan mereka terkait adanya pembakaran reog yang terjadi di KJRI Davao pada 20 Oktober lalu. Mereka juga menempel gambar yang memperlihatkan pembakaran reog tersebut.
![]() |
"Kami tidak akan melakukan aksi atau demo. Kami hanya ingin meminta infomrmasi dan klarifikasi pada Ibu Menteri dan penindakan tegas pada pemerintah terhadap kejadian ini," kata Wakil Ketua KRP S Nojeng pada wartawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Nanti akan diklarifikasi di sana kenapa bisa ada insiden seperti ini dan akan dikabari lagi," ucap Nojeng yang ikut dalam pertemuan itu.
Saat ini massa sudah mulai membubarkan diri. Tak ada kemacetan akibat aksi ini.
![]() |
Penjelasan KJRI Davao
Sedangkan dalam siaran pers KJRI Davao yang dilansir di situsnya, dijelaskan bahwa pada tanggal 20 Oktober 2015 KJRI Davao City terpaksa melakukan pemusnahan reog Ponorogo yang telah menjadi aset KJRI Davao City sejak tahun 1988. Pemusnahan dengan cara dibakar tersebut terpaksa dilakukan karena reog Ponorogo sudah dalam kondisi rusak dan dimakan rayap.
"Pembakaran tersebut sama sekali bukan merupakan upaya KJRI Davao City untuk merusak ataupun menghilangkan reog Ponorogo sebagai aset budaya. Pemusnahan aset tersebut telah dilakukan secara hati-hati dan penuh rasa penghormatan terhadap reog Ponorogo sebagai aset budaya. KJRI Davao City juga ingin menegaskan bahwa pembakaran tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan upaya-upaya untuk pengusiran berhala atau mahluk halus," tulisnya.
Β
"KJRI Davao City saat ini tengah berkomunikasi dengan pihak-pihak di Indonesia untuk mengupayakan mencari reog Ponorogo pengganti yang baru," sambungnya. (mnb/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini