Paviliun Indonesia sendiri sukses didatangi oleh 4 juta pengunjung. Dua kali dari target yang ditetapkan pemerintah. Lima tahun lagi, 2020, World Expo akan digelar di Dubai. Gelaran berskala dunia ini harus dimanfaatkan Indonesia untuk unjuk gigi, menampilkan kekayaan dan keunggulan tanah air. Selain dapat menggaet turis mancanegara, ajang ini juga dapat dimanfaatkan untuk forum-forum bisnis.
Tentunya Indonesia tak boleh lengah lagi mempersiapkan diri. Dukungan dan komitmen pemerintah sangat dibutuhkan. "Tahun ini murni inisiatif swasta. Lima tahun ke depan harus ada perhatian dari pemerintah," ujar Yenny Wahid saat ditemui di Milan Expo jelang penutupan, Sabtu (31/10/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Paviliun Indonesia dibuka dengan kurang mulus. Pendanaan minim yang bisa dikumpulkan almarhum Didi Petet melalui Koperasi Pelestari Budaya Nusantara (KPBN) selaku inisiator keikutsertaan Indonesia di Milan Expo menjadi penyebab. Masuknya grup Artha Graha sebagai sponsor utama di tengah perjalanan penyelenggaraan sangat membantu. Sponsor lainnya seperti Sinar Mas, Indofood, dan PGN juga berpartisipasi. Namun, tak bisa dibilang membuat keadaan jadi sempurna.
Keputusan yang segera terkait penyelenggaraan sangat dibutuhkan karena ada hal-hal yang memang tak bisa diubah karena faktor waktu. Misalnya lokasi paviliun. Karena komitmen keikutsertaan Indonesia di Milan Expo 2015 terbilang terlambat, jadi lah Indonesia mendapat lokasi pameran paling ujung. Sekitar 2,5 km dari pintu gerbang utama. Luas area yang relatif minim β 1175 meter persegi β juga membuat gerak penyelenggara tak bisa begitu leluasa. Negara tetangga, Malaysia misalnya, menempati area setidaknya dua kali lebih besar dari Indonesia.
Pada penyelenggaraan tahun ini, Paviliun Indonesia menghabiskan dana sekitar Rp 80 miliar. Hampir setengahnya dihabiskan untuk konstruksi. Lima tahun lalu, saat World Expo digelar di Shanghai, Paviliun Indonesia yang dikelola langsung oleh pemerintah melalui Kementerian Perdagangan menghabiskan dana sekitar Rp 200 miliar.
Menyentuh Panca Indera
Kaidah pameran adalah menyentuh seoptimal mungkin panca indera. Demikian yang disampaikan Budiman Muhammad sebagai Direktur Paviliun Indonesia saat Milan Expo masih berlangsung.
![]() |
Pengunjung perlu disuguhi objek yang tak hanya bisa dinikmati secara visual. Berinteraksi bersama apa pun yang ada di ruang pamer akan menjadi nilai lebih.
Konsep ini sangat patut diteruskan jika Indonesia akan berlaga lagi di expo berikutnya di Dubai. Namun perlu modifikasi yang terencana, lebih kreatif dan tak meninggalkan unsur kekinian. Ya, Indonesia memang kaya budaya. Tapi bukan berarti tak bisa disajikan dengan modern.
Suguhan Paviliun Jepang bisa dijadikan inspirasi meski jangan juga dijiplak mentah-mentah. Negara bunga sakura ini fokus pada promosi kuliner. Jepang tidak menampilkan display makanan di atas meja, tapi mengemasnya dengan gaya modern dan berteknologi.
Pengunjung diajak masuk ke satu ruangan gelap. Di tengahnya ada air terjun virtual dengan foto-foto makanan yang terlihat mengalir. Jika sudah mendownload apps Paviliun Jepang, ponsel pengunjung bisa berfungsi ibarat jala. Dengan tangan kosong, pengunjung bisa menggerakkan foto-foto yang ada di air terjun untuk masuk ke dalam ponsel. Dengan seketika, muncul informasi lengkap seputar makanan tersebut di ponsel pengunjung.
Fun, menarik, bermanfaat, dan ada informasi yang dibawa pulang yang melekat pada ponsel, barang yang kini bisa dibilang paling pribadi dari seseorang. Di area lainnya, dengan permainan cahaya laser, Β pengunjung seakan dibawa ke Jepang. Suasana ruangan berubah-ubah. Ada bunga sakura, nelayan yang sedang menangkap ikan, juga penari yang diiringi musik tradisional yang indah.
![]() |
Indonesia tentunya sangat bisa menampilkan sajian yang tak kalah memukau. Kita punya semuanya. Kaya budaya, alam, dan yang tak boleh dilupakan, sumber daya manusia. Penyelenggara Paviliun Indonesia berikutnya harus jitu meramu formula ketiganya sehingga tak ada lagi cerita miring yang bergulir seputar kehadiran Indonesia di ajang internasional. Satu-satunya yang patut disebut sejak awal sampai akhir acara adalah Indonesia mengagumkan.
(inn/nrl)