"Asap pekat membuat radiasi sinar matahari menjadi sulit sampai ke permukaan bumi. Hal ini berakibat pada suhu permukaan bumi tidak cukup hangat untuk membuat labil profil vertical temperature udara," kata Kepala Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan BPPT Tri Handoko Seto dalam pernyataan tertulis kepada detikcom, Selasa (27/10/2015).
Untuk mengatasi bencana asap, peran hujan buatan sangat penting. Berikut penjelasan Handoko terkait pentingnya hujan buatan untuk penyelesaian bencana asap:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
2. Ketika ada awan di suatu wilayah yang asapnya pekat (umumnya awan di sini berasal dari darah lain yang terbawa angin, dalam istilah meteorology disebut adveksi), maka asap pekat akan berebut uap air dan butiran awan sehingga awan akan selalu berada dalam fase mula. Awan dalam fase mula ditandai dengan butir-butir awan berukuran kecil. Akibatnya, proses hujan akan sangat sulit terjadi. Sebagai informasi, asap pekat kebakaran hutan dan lahan didominasi oleh partikel sangat kecil berukuran kurang dari 2 mikron.
Baca juga infografis: Indonesia Hilang Ditelan Asap
Hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca (TMC) akan berperan penting dalam meningkatkan efisiensi proses hujan karena mampu mengubah awan yang berada pada fase mula memasuki fase dewasa hingga matang. TMC dilakukan dengan menaburkan bahan semai berukuran besar (UGN: ultra giant nuclei, 10-50 mikron).
Saat ini, ketika di Sumatera dan Kalimantan mulai tumbuh awan (meski masih sporadis), maka TMC bisa memberikan hasil yang baik dan akan sangat efektif bagi upaya penanggulangan bencana asap kebakaran hutan dan lahan.
"Total curah hujan di beberapa provinsi yang dilakukan TMC pada hari kemarin saja jumlahnya mencapai jutaan meter kubik atau miliaran liter. TMC akan terus diintensifkan pada hari-hari mendatang di Sumatera dan Kalimantan hingga bencana asap bisa diatasi," pungkasnya. (mnb/nrl)