detikcom menyusuri kota Bogor di tengah teriknya matahari hingga sampai ke Museum Perjoangan Bogor di Jalan Merdeka, Bogor Tengah, Kota Bogor. Gedung yang terkesan tua dan tak terawat itu menyimpan berbagai catatan sejarah perjuangan rakyat Bogor untuk merebut kemerdekaan dari penjajah.
Ketika tiba di pintu masuk museum, langsung terlihat teks proklamasi yang diukir di atas marmer dan ditempel di dinding. Ada juga patung separuh badan seseorang yang terbuat dari batu monolith yang di bawahnya tertulis "Kapten TB Muslihat". Patung dibuat tahun sejak 1960 oleh Adnan Taufik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapten Muslihat adalah pahlawan di Bogor yang gugur di medan perang saat menyerang tentara Inggris di Jalan Banten (sekarang Jl Kapten Muslihat-red) pada 25 Desember 1945. Kapten Muslihat tertembak dua kali hingga akhirnya gugur di usia yang sangat muda yakni 19 tahun.
![]() |
Bukti-bukti perjuangan Sang Kapten diabadikan dalam foto, patung dan diorama di dalam museum. Ada juga kliping koran tentang sang kapten. Namun yang menarik adalah baju perang yang dipakai oleh para pejuang PETA dan kemungkinan digunakan juga oleh Muslihat. Baju itu asli dipakai para pejuang, terlihat sisa-sisa noda darah di beberapa bagian.
![]() |
Gedung tua ini memiliki dua lantai, lantai pertama dipenuhi senjata, mata uang, pakaian para pejuang, mesin tik dan foto-foto perjuangan rakyat Bogor dan para pahlawan saat melawan penjajah. Ada juga foto, patung dan kliping koran terkait Kapten Muslihat. Di lantai 2 ada foto dan diorama saat Kapten Muslihat berperang.
"Kapten Tubagus Muslihat adalah salah satu tokoh teladan Bogor. Dia meninggalkan pekerjaannya untuk total melawan penjajah," kata Mahrup, seorang sejarawan sekaligus pengelola Museum Perjoangan Bogor.
![]() |
Muslihat pernah bekerja di Bosbouw Proefstation atau Balai Penelitian Kehutanan di Gunung Batu Bogor. Dia juga pernah bekerja di Rumah Sakit Kedung Halang Bogor menjadi juru rawat. Lalu pindah lagi ke jawatan kehutanan. Hingga akhirnya bergabung bersama Pembela Tanah Air (PETA) dan berjuang mengusir penjajah dari Kota Bogor.
Ketua Asosiasi Museum Jawa Barat Korwil I yang mencakup Bogor, Cianjur, Sukabumi dan Depok itu mengatakan meski identik sebagai pahlawan dari Bogor, sebenarnya Kapten Muslihat dilahirkan di Pandeglang, Banten pada 26 Oktober 1926. Dia gugur diusia yang sangat muda, 19 tahun tepatnya tanggal 25 Desember 1945.
"Pejuang yang mati muda selalu menjadi pembicaraan menarik dalam sejarah perjuangan di Indonesia. Kita juga bisa melihat sosok Jenderal Sudirman sebagai acuan yang meninggal di usia kepala 3," ucapnya.
"Sosok Kapten Muslihat merupakan seorang teladan, dengan semangat nasionalisme tinggi dan rendah hati. Kehadirannya sebagai sosok pejuang muda yang gigih menjadi karakter khas dari sosok beliau," lanjut Mahrup.
![]() |
Menurut Mahrup, apresiasi pemerintah pada perjuangan yang telah dilakukan Kapten Muslihat adalah dengan membuat Museum Perjuangan Bogor. Museum ini diresmikan pada 10 November 1958. Tetapi sebelumnya museum ini memang sudah dibuka untuk umum sejak 17 Agustus 1958. Bangunan ini, menurut Mahrup sebelumnya digunakan Belanda untuk menyimpan rempah-rempah.
Beberapa pekan lalu, museum ini ramai dikunjungi anak-anak sekolah. Antusiasme masyarakat, khususnya murid SD untuk datang masih cukup tinggi. Beberapa mahasiswa juga datang untuk mencari tahu sejarah di kota hujan ini.
Baca juga: Mengenang Kapten Muslihat, Pejuang dari Bogor yang Gugur di Usia Muda
Meskipun begitu, Mahrup merasa perhatian pemerintah masih kurang. "Sebagai benda cagar budaya, museum seharusnya mendapatkan perhatian lebih," katanya.
Kini pengelola museum hanya tersisa tiga orang. Selain Mahrup, ada Marjono selaku Kepala Museum dan Subandi yang menjadi staf administrasi dan perawatan.
![]() |
Mahrup bercerita bahwa sebelumnya ada tiga orang yang mengundurkan diri karena menjadi pengelola museum tidak dapat mencukupi hidup mereka. Sebab selama ini pendapatan diperoleh dari karcis-karcis yang dibeli oleh
pengunjung museum.
"Setahun setelah didirikan museum ini memang kurang mendapatkan perhatian baik dari yayasan atau pemerintah. Terakhir kali dipugar pada tahun 2009, itu pun atas inisiatif dari sedikit pihak. Perawatannya seadanya, karena hanya mengandalkan dari pemasukan uang pengunjung. Itu pun jarang, karena prioritas pemasukan untuk gaji 3 pegawai museum," ujar Mahrup.
Walaupun begitu, Mahrup tidak kecewa. Ia tetap berkomitmen untuk melanjutkan perjuangan melawan lupa terhadap sejarah.
Ada dua hal yang diutarakannya. Pertama, adanya museum adalah untuk mewariskan semangat merdeka 1945 yang telah dilakukan oleh para pejuang. Kedua, menjadikan museum sebagai jendela pengetahuan yang akurat dan riil. Maksud dari riil ini adalah karena barang yang ada di museum ini seperti pistol, peluru, mortir, senapan mesin, mantel dan lainnya adalah asli.
Harapan Mahrup, bangsa ini tidak lupa pada sejarah. Sikap menghargai pahlawan dan melestarikan museum adalah beberapa contoh sikap sadar sejarah.
"Para pahlawan tidak ada yang meninggal. Semangat dan gelora yang mereka contohkan, seharusnya ada di jiwa setiap generasi penerus bangsa," tutup Mahrup. (slh/mad)