Bang Jum dan Ekowisata Tanjungan Condet, Ajak Warga Bikin Ciliwung Bersih

Bang Jum dan Ekowisata Tanjungan Condet, Ajak Warga Bikin Ciliwung Bersih

Salmah Muslimah - detikNews
Jumat, 23 Okt 2015 19:38 WIB
Saung KPC Tanjungan (Foto: Salmah Muslimah/detikcom)
Jakarta - Jalan beraspal di bantaran kali Ciliwung, Condet, Jakarta Selatan, itu hanya selebar 2 meter saja. Di kanannya ada pohon-pohon besar dan kirinya banyak warga sedang memancing ikan. Kebetulan air di sungai sedang surut karena musim kemarau, sehingga gelembung-gelumbung air yang ditimbulkan karena ikan beriak terlihat begitu jelas dari atas jalan.

Untungnya jalan sempit itu hanya sepanjang 20 meter, jalan aspal kemudian berganti tanah. Di ujung jalan terdapat sebuah saung yang cukup besar. Di depan saung terdapat tulisan "Selamat Datang di Balai Pendidikan Lingkungan Ekowisata Ciliwung KPC Tanjungan". Udara sejuk langsung terasa di kulit karena banyaknya pohon-pohon yang besar dan rindang di sekeliling saung.

Foto: Salmah Muslimah/detikcom


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semilir angin berhembus, suara burung terdengar bersahutan. Meski terletak di Jakarta, namun berada di saung ini serasa seperti di desa.

Saung ini adalah milik Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) Tanjungan yang letaknya di bantaran Kali Ciliwung, Condet, Jakarta Timur. Ketua KPC ini bernama Jumari (48), yang sehari-hari bekerja sebagai tenaga kebersihan di Dinas Kebersihan DKI.

Saat detikcom datang, Jumari tengah berada di atas perahu karet. Dia membersihkan sampah yang berada di Sungai Ciliwung.

"Biasa, habis bersih-bersih di kali," ucap Jumari saat muncul dari bantaran kali.

Jumari lalu mengajak detikcom berbincang di saung. Bapak 4 anak ini memulai ceritanya membangun KPC Tanjungan sejak tahun 2007 lalu.

Foto: Salmah Muslimah/detikcom


Awalnya pada tahun 2004 saat Aceh sedang dilanda bencana, Jumari pergi ke sana sebagai tim relawan. Melihat kondisi Aceh yang kala itu hancur karena diterjang air bah, dia jadi berpikir ternyata air bisa membuat sebuah daerah berantakan dan menghilangkan banyak nyawa.

"Nah begitu pulang, saya pikir kalau Ciliwung nggak dipeduliin bisa jadi bencana. Saya punya angan-angan supaya kali jadi bersih," kisah Jumari.

Berangkat dari hal itu, Jumari lalu mulai belajar pada komunitas yang peduli lingkungan di daerah Pesanggarahan. Dia menggali ilmu dan belajar mengembangkan lingkungan di sekitar. Setelah itu, Jumari mendirikan gubuk kecil di Condet.

"Gubuknya kecil paling cuma 1x2 meter, buat neduh kalau hujan sama buat istirahat aja," ujar Jumari.

Dari gubuk kecil itu, dia mulai membersihkan bantaran kali dari sampah. Jumari juga mengajak warga lainnya untuk tidak membuang sampah ke sungai. Meski awalnya sulit karena ajakan Jumari tak dianggap, namun dia tak menyerah.

"Kita kasih tahu 10 orang yang nyangkut 1. Kasih tahu lagi 25 orang yang nyangkut 5, begitu terus sampai sekarang. Kan lumayan sekarang orang malu buang sampah di kali, apalagi sudah ada Perda kalau buang sampah bisa kena denda," katanya.

Perahu yang digunakan Jumari untuk bersih-bersih Ciliwung (Foto: Salmah/detikcom)


Selain menjadi petugas kebersihan, Jumari juga mengojek untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pagi hingga petang dia biasa di bantaran Ciliwung, lalu malamnya dia mengojek.

"Terkadang sampai jam 2 malam baru pulang. Kalau lihat hasil ngojek cukup buat besok ya pulang," ucapnya.

Menurutnya menjadi pengurus di KPC Tanjungan adalah kegiatan sosial karena tidak dibayar. Bahkan terkadang dia harus mengeluarkan uang untuk membeli konsumsi saat mengadakan sosialiasi dengan warga.

"Ada uang dikit saya beliin singkong, kacang direbus buat makan bareng-bareng," kata Jumari.

Jumari mengaku tidak bisa membaca dan menulis. Namun semangatnya untuk membuat Ciliwung bersih tak pernah padam. Kegiatan di KPC Tanjungan ini di antaranya yaitu edukasi kepada masyarakat sekitar tentang pentingnya mewujudkan Ciliwung bersih, sejarah Ciliwung dulu dan sekarang, ada outbond, naik perahu menyisir sampah di kali dan belajar pengelolaan sampah.

Edukasi jenis tanaman (Foto: Salmah Muslimah/detikcom)


"KPC ini solusi untuk mengurangi sampah kayak daur ulang plastik. Bisa juga jadi ekowisata, jadi anak-anak sekolah kita ajak naik perahu sambil bersihin sampah di kali," ucap Jumari.

Perjuangannya merintis KPC Tanjungan ini mulai mendapat perhatian, salah satunya dari CSR perusahaan. Dia bersyukur ada perusahaan yang peduli pada Kali Ciliwung.

"KPC ini dibantu sama CSR Astra. Pas ada CSR Astra kita dibikinin saung, dibangun fasilitas kayak kamar mandi. Semuanya sekarang didanai sama Astra," katanya.

Menurut Jumari sejak tahun 2007 CSR Astra mulai membantu seluruh kegiatan di KPC Tanjungan. Bantuan diberikan setiap satu tahun sebesar Rp 500 juta.

"Dari tahun 2007 ada CSR Astra sampai sekarang ini. Kalau bantuan dari Pemprov kita minta dukungan moral saja, kalau ada event di sini kita minta perwakilan datang," ucap Jumari.

Dermaga 3 menuju bantaran Ciliwung (Foto: Salmah/detikcom)


Dana CSR Astra itu dikelola Jumari dengan cara sendiri. Dia tidak ingi memegang dana yang diberikan, namun hanya membuat daftar kebutuhan untuk kegiatan KPC Tanjungan.

"Astra kasihnya per tahun, pertama tahun 2007 dikasih 500 juta. Tapi saya nggak berani pegang duit, saya cuma nulis kebutuhan KPC ini apa saja, nanti Astra mau nyumbang ke saya barang saya yang dibutuhin, duitnya dipegang Astra. Misal saya butuh paku saya nggak mau beli di material, sudah ada di sini barangnya Astra yang sediakan," papar Jumari.

"Saya berterima kasih sama Astra karena mau bantu kegiatan di sini dan peduli sama lingkungan Ciliwung," tambahnya.

Cara Jumari ini membuat sebagian pengurus tak bertahan lama. Mereka yang mengurus Ciliwung dengan orientasi uang akhirnye keluar dan tinggal Jumari dan beberapa rekannya saja yang masih bertahan.

"Ini kan kegiatan sosial. Jadi nggak ada uangnya. Kalau buat sehari-hari yang saya kerja lain kayak ngojek sama petugas kebersihan Dinas Kebersihan Pemprov, kalau saya mikirnya rezeki bisa datang dari mana saja yang penting mau kerja," ucapnya.

Menurut Jumari, saat ini kondisi Ciliwung sudah jauh lebih baik dari tahun sebelumnya. Sampah sudah mulai berkurang dan warga sudah jarang yang membuang sampah ke kali. Ekowisata di KPC Tanjungan juga banyak memberian dampak yang positif bagi warga dan aliran sungai Ciliwung di sekitar Condet.

"Kalau dulu nongkrong sebentar saja di pinggir kali bisa lihat sampah banyak yang lewat. Sekarang kan sudah jarang tuh, yah sedikit berkuranglah sampahnya," ucap Jumari senang.

Jumari saat menunjukkan berbagai kegiatan di KPC Tanjungan (Foto: Salmah/detikcom)


Di kesempatan terpisah CSR Division PT Astra International Tbk, Honey Lestari Liwe, mengatakan Astra memberikan bantuan bagi komunitas Ciliwung sebagai bentuk kepedulian di bidang lingkungan dan sebagai implementasi 4 pilar CSR Astra yaitu pendidikan, lingkungan, income generating activities dan kesehatan. Kegiatan yang dikembangkan CSR Astra di Komunitas Peduli Ciliwung ini adalah kunjungan sekolah, edukasi melalui budidaya tanaman lokal, kegiatan telusur dan jelajah sungai, pengenalan kuliner lokal, out bond dan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

"Kami berharap melalui program Astra Eco Edu River, kepedulian masyarakat untuk menjaga kebersihan Ciliwung juga dapat ditingkatkan. Dengan bergandengan tangan dengan para pemerhati Ciliwung dan pemerintah, kawasan Sungai Ciliwung dapat dikembangkan menjadi area edukasi, konservasi, dan wisata lingkungan," ucap Honey.

"Pengembangan area Eco Edu River (EER) sesuai dengan konsep wisata pendidikan berbasis masyarakat yang bertujuan untuk menjadikan kawasan bantaran Ciliwung yang rentan akan kerusakan alam menjadi kawasan konservasi yang mampu menarik minat masyarakat untuk lebih mengenal dan berusaha melindungi Sungai Ciliwung bersama-sama," tambahnya.

Sista (33) warga Kramat Jati ini mengaku terbantu dengan adanya ekowisata di KPC Tanjungan. Dia bersama dengan puluhan anak didiknya mengadakan outbond di tempat ini.

Outbond di KPC Tanjungan (Foto:Salmah/detikcom)


"Senin sampai Jumat kan anak-anak sekolah, jadi kita ada refreshing buat mereka, ternyata ada tempat yang cukup luas di Condet. Saya kaget, masih ada lahan luas di Condet dan bagus untuk anak-anak belajar," ucapnya di sela-sela acara outbond di KPC Tanjungan.

Fauzan peserta outbond (Foto: Salmah/detikcom)


Fauzan, siswa kelas 6 SD ini mengaku senang bisa ikut outbond di pinggir Kali Ciliwung. "Seru! ini baru pertama ke sini, senang, mau lagi datang ke sini," katanya tersenyum.

KPC Tanjungan (Foto: Salmah/detikcom)
(slm/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads