"Sejak awal Oktober (kebakaran). Ini tidak sengaja. Itu ada yang bakar rumput di ladangnya sendiri untuk membersihkan. Kemudian terbawa angin dia menjalar. Pernah padam tapi muncul lagi," ujar Pendeta Burdam yang merupakan warga Kampung Folley kepada detikcom, Kamis (22/10/2015).
Saat ini memang sedang musim kering, percikan api mudah sekali terbawa angin, menyebar dari pohon ke pohon. Warga Folley dan Limalas sudah mencoba untuk memadamkam api, namun keberadaan air di hutan juga sulit ditemukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebakaran ini pun sangat disayangkan, karena wilayah hutan di Misool yang terbakar termasuk kawasan cagar alam. Banyak pepohonan yang terbakar, satwa pun banyak yang kabur.
"Pulau karst butuh waktu lama untuk tumbuh pohon. Sayangnya kalau hutan terbakar karena Misool itu keterwakilan dari spesies di tanah Papua besar. Ini kan musim kering, kasihan juga kan burung. (Kebakaran) bisa jadi terjadi pergesekan pohon dengan pohon ya," John M, Project Leader Misool-Kofiau The Nature Conservancy (TNC) di kesempatan yang sama.
Sebelumnya Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB) menyebut selain di Sumatera dan Kalimantan titik panas atau hotspot juga muncul di daerah lain yakni Sulawesi, Papua dan Maluku. Berdasarkan hasil pantuan satelit Terra Aqua pada Senin (19/10/2015) pukul 05.00 WIB, ada 51 titik panas yang ada di Papua.
(krn/slm)