"Batu akik pasti bertahan, hanya saja mungkin daya belinya yang menurun nggak seperti saat booming. Lihat saja Pasar Rawa Bening, nggak ada matinya. Jadi bisnis batu akik tetap ada kan," jelas Martin yang berdagang online batu akik bersama kerabatnya Aping saat berbincang akhir pekan lalu.
Martin optimistis bahwa urusan batu akik tidak berhenti. Booming batu akik boleh berlalu, tetapi tetap ada para pecinta baru batu akik plus orang lama kolektor batu akik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bisnis batu akik ini bisnis kepercayaan, dan ada penggemar khusus. Ini akan terus bertahan," ujar dia.
Seperti halnya Martin, Imron yang membuka lapak batu akik di kawasan Jembatan Layang Cibinong juga menyimpan harapan akan bisnis batu akik. Dia yakin, suatu hari nanti akan kembali bergeliat.
"Sekarang sih tetap ada langganan yang datang, sehari bisa 8-10 batu, lumayan," jelas Imron.
Saat booming batu akik berjalan di mana-mana memang demam akik. Mulai dari anak kecil sampai kakek-kakek. Di tiap keramaian ada penjual batu akik gelar lapak. Pameran batu akik juga merambah ke tempat-tempat mewah.
Gairah akan batu akik ini menghampiri pelosok desa sampai pusat kota. Namun setiap era ada masanya. Batu akik perlahan meredup, di Lenteng Agung, Jaksel saja perlahan lapak-lapak batu akik tak nampak lagi.
"Kalau yang hobi musiman ya begitu, sudah nggak main batu lagi. Tapi yang benar-benar suka batu, tetap koleksi. Saya juga tetap cari batu-batu akik yang bagus yang unik," terang Affan Majid, pekerja kantoran penyuka batu akik. (dra/dra)