Sapardi yang Mempesona dan Buku Terpenting Dalam Hidupnya

Laporan dari Frankfurt Book Fair 2015

Sapardi yang Mempesona dan Buku Terpenting Dalam Hidupnya

Rachmadin Ismail - detikNews
Jumat, 16 Okt 2015 15:02 WIB
Foto: Sapardi dalam acara Frankfur Book Fair (Rachmadin Ismail/detikcom).
Frankfurt - Sapardi Djoko Damono boleh berusia 75 tahun. Namun semangatnya untuk berkarya dan berbagi tetap menyala. Tak heran, dia langsung menarik perhatian masyarakat Jerman di Frankfurt Book Fair 2015.

Sapardi duduk di sebuah kursi kayu bersama pria Jerman yang menerjemahkan karyanya, Berthild Damhauser. Bersyal putih dan memakai topi, Sapardi bicara pelan, namun pasti. Siang itu, adalah sesi diskusi bertajuk 'personal conversation with Sapardi' di arena paviliun Indonesia, Kamis (15/10/2015).

Tak ada pengeras suara atau lantunan musik. Hanya lampu temaram, kursi yang saling berdekatan, dan mata orang Jerman yang tak henti-hentinya menatap pada sang maestro puisi. Sesekali mereka mengangguk, menggeleng, dan terpesona ketika mendengar jawaban-jawabannya yang diterjemahkan oleh Damhauser.
Sapardi dan pengunjung Frankfurt Book Fair (Rachmadin/detikcom)


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para peserta diskusi saat itu datang dari berbagai kalangan. Namun memang para wanita yang lebih banyak. Pada dasarnya mereka sudah tahu karya-karya Sapardi dan penasaran dengan sosoknya. Beberapa WNI yang sudah lama menetap di Jerman pun ikut nimbrung dalam acara.

"Inspirasinya dari berita di koran, televisi atau diskusi," kata Sapardi saat ditanya dari mana inspirasi puisi-puisi indahnya.

"Saya suka menerjemahkan, jadi menciptakan bahasa baru, lalu mencoba mengolah bahasa Indonesia sedemikian rupa sehingga bisa jadi menginspirasi," sambungnya.

Pertanyaan mengejutkan tiba-tiba datang dari sisi sebelah kiri. Seorang pria berjanggut mengacungkan tangan. Dia rupanya Muhammad Haji Salleh, seorang maestro puisi juga dari Malaysia. Sapardi yang sudah mengenalnya lama, pun sempat kaget dan tertawa.

Salleh menanyakan pada Sapardi: Kenapa Anda memilih puisi? Apa misteri puisi yang tidak ada di novel?

"Puisi adalah bahasa yang merupakan puncak dari bahasa. Puisi adalah cara berbicara yang sangat padat. Satu puisi bisa menghasilkan film, novel dan lainnya. Di dalam puisi yang banyak itu menyatakan sesuatu secara tersirat bukan tersurat. Banyak hal yang tidak bisa disampaikan dalam novel, tapi bisa disampaikan dalam puisi," jawab Sapardi.

Pertanyaan menarik lainnya datang dari seorang pengunjung pria. Dia menanyakan, apabila Sapardi harus hidup di pulau terpencil dan harus membawa satu buku, apa buku yang akan dibawanya.
Pengunjung antusias mendengarkan karya dari Sapardi (Rachmadin/detikcom).


"Ada seorang pengarang perempuan di Indonesia namanya Dewi Lestari mengatakan seandainya saya dibuang ke pulau ke terpencil dan tidak boleh membawa apapun satu-satunya yang saya bawa adalah buku ini," kata Sapardi sambil menunjuk novel 'Hujan Bulan Juni' yang disambut tawa hadirin.

Lalu, sang penanya penasaran lagi. Dia menanyakan: kalau diminta membawa tiga buku apa yang akan dibawa?

"Saya tidak akan memilih buku, tapi kumpulan sajak-sajak dan puisi, dari TS Eliot," jawabnya lagi.

Acara menarik itu ditutup dengan indah. Sapardi membacakan puisinya bertajuk 'Perahu Kertas' yang sebelumnya dibacakan lebih dulu dalam bahasa Jerman oleh Damhauser.

Perahu Kertas

Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas
dan kaulayarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang,
dan perahumu bergoyang menuju lautan.
"Ia akan singgah di Bandar-bandar besar," kata seorang
lelaki tua. Kau sangat gembira, pulang dengan
berbagai gambar warna-warni di kepala. Sejak itu
kau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dari
perahu yang tak pernah lepas dari rindumu itu.
Akhirnya kaudengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,
"Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah
Banjir besar dan kini terdampar di sebuah bukit" (mad/bag)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads