Isu Reshuffle Jilid II, PDIP Kembali Usik 'Duo Singa'

Isu Reshuffle Jilid II, PDIP Kembali Usik 'Duo Singa'

Hardani Triyoga - detikNews
Jumat, 16 Okt 2015 13:30 WIB
Isu Reshuffle Jilid II, PDIP Kembali Usik Duo Singa
Foto: Mega Ratya Putra
Jakarta - PDIP seolah belum legowo 'duo singa' masih bertengger di Istana. Saat isu reshuffle kabinet jilid dua menguat, elite PDIP kembali melontarkan kritik tajam kepada 'duo singa Istana'.

Menjelang setahun pemerintahan Joko Widodo pada 20 Oktober 2015 mendatang, isu reshuffle Kabinet Kerja memang kembali mencuat. Kalau menjelang reshuffle kabinet jilid satu dorongan reshuffle diarahkan PDIP ke 'trio singa istana', kali ini PDIP sepertinya menghantam 'duo singa' yang tersisa.

Istilah 'trio singa' disematkan kepada tiga menteri yang dapat sorotan dari elite PDIP. Mereka adalah Rini Soemarno, Menko Polhukam Luhut Pandjaitan, dan eks Seskab Andi Widjajanto. Andi Widjajanto pun telah tersingkir dari Kabinet Kerja, namun 'dua singa' lainnya masih bertahan.Β  Luhut yang semula menjabat Kepala Staf Kepresidenan malah makin perkasa dengan posisi baru Menko Polhukam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Politikus PDIP yang duduk di Komisi III DPR, Masinton Pasaribu, kembali melontarkan serangan tajam kepada Menteri Rini. Serangan serupa pernah dilontarkan Masinton kepada Rini menjelang reshuffle kabinet jilid satu.

"Umpamanya begini, contoh utang luar negeri BUMN yang begitu besar, itu kan tidak ada kaitan dengan publik. Kementerian BUMN dibentuk kan untuk mengelola aset-aset negara terus mendatangkan laba. Tapi, kalau belum untungin tak ada manfaatnya, perekonomian melambat, terus ngapain? Mestinya ada terobosan," ujar Masinton saat dikonfirmasi detikcom, Kamis (15/10/2015) malam.

Dia menyebut program kereta cepat Jakarta - Bandung yang didukung Rini Soemarno belum menjadi prioritas infrastruktur kebutuhan rakyat. Lebih baik, menurutnya, fokus peran Kementerian BUMN bisa dimaksimalkan. Selain Menteri Rini, dia juga menyenggol kinerja menteri yang dikoordinasikan oleh Menko Polhukam Luhut Pandjaitan.

Menurutnya, perlu juga dilakukan di bidang Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan. Acuannya karena menyangkut beberapa kejadian bentrokan seperti di Tolikara, Papua, tambang pasir Lumajang sampai Singkil Aceh.

"Ketidakhadiran negara di bidang Polhukam ini belum maksimal karena ada kejadian di Lumajang, Singkil Aceh, dan Tolikara. Itu menurut saya," tuturnya.

Lalu apakah Presiden Jokowi akan mengabulkan permintaan kubu PDIP itu? (van/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads