Ya, dongeng adalah sebuah bahasa universal bagi anak-anak. Tak peduli latar belakang dari mana cerita itu berasal, kisahnya akan tetap menarik, tentu saja bila dibawakan dengan cara menarik pula.
Tety Elida selama hampir 30 menit mengisahkan Si Kancil dan Raja Hutan, Rabu (14/10/2015). Dia tak hanya bercerita, tapi juga berekspresi. Suara kancil dan harimau diberikan dengan intonasi berbeda dan ekspresi yang unik. Anak-anak itu dibuatnya terpesona. Setiap hal yang diucapkan Tety kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman oleh seorang penerjemah yang duduk di sampingnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Sama seperti di Indonesia.. Ada yang berani dan pemalu. Tapi begitu ditanya pada mau ikut," ungkapnya.
Menurut Tety, pada prinsipnya setiap orang bisa jadi pencerita dan pendongeng. Bila kemampuan membunyikan suaranya kurang, para pembaca cerita bisa mengubahnya cukup dengan intonasi yang benar. "Itu cukup membantu biasanya," imbuh dosen yang juga menjabat sebagai wakil Ketua Kelompok Pencinta Bacaan Anak ini.
Tety menambahkan, mendengarkan cerita pada anak sudah terbukti membantu perkembangan mereka. Contoh nyata terjadi pada anak-anaknya, yang kini lebih kreatif dan berani mengungkapkan sesuatu, baik itu lewat tulisan atau kata-kata. (mad/faj)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini