Dalam beberapa suguhan wisata kuliner, sajian kepala kambing bukan hal aneh di kultur Arab dan Afrika. Mereka biasanya memanggang kepala kambing dengan api kecil sehingga daging di wilayah pipi, hidung, kuping, lidah, bahkan otak matang dengan merata.
Akhirnya kemarin, Sabtu (10/10/2015), saya berkesempatan pergi ke Madinah bersama kawan-kawan dari Media Center Haji Daker Makkah. Usai Isya di Masjid Qiblatain, kami bersama-sama menuju daerah Qurban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Setelah turun dari mobil, kami harus agak sedikit berjalan di lorong. Di ujung lorong terlihat jejeran meja dan kursi mirip food court, ya jadi sistem makan di sini rupanya tidak seperti restoran.
Tempat makan dipusatkan di satu titik. Sementara makanan bisa dipesan lewat gerai-gerai yang tersedia di sekitar situ. Lebih baik mencari tempat dulu baru setelah itu memesan makanan daripada tidak dapat tempat duduk.
![]() |
Dibantu mukimin Ridwan, saya memesan 2 kepala kambing. Sementara kawan lain memesan ikan goreng di tempat yang sama.
"Satu kepala 15 riyal (sekitar Rp 60 ribu-red)," tutur salah seorang pegawai toko, Sodik.
Akhirnya tiba juga saya melihat bagaimana kepala kambing itu diolah menjadi makanan. Pertama, kepala kambing yang masih utuh diambil dari sebuah tungku besar.
![]() |
Di dalam tungku tertutup itu berisi belasan bahkan puluhan kepala kambing. Kondisinya sudah matang merata, daging pipinya sudah terkelupas dan berwarna kecoklatan.
Tidak sampai semenit, dalam hitungan saya, tangan cekatan koki dapur Sodik dengan dua pisaunya mampu memisahkan lidah, daging pipi, otak, dan mata dari tulang-tulangnya. Daging yang sudah terpisah dari tulangnya dicacah sedemikian rupa sampai menjadi potongan-potongan kecil.
![]() |
Bagian yang bisa dimakan dari kepala kambing itu lalu diletakkan di atas wadah styrofoam berukuran kira-kira 3x10 cm. Di akhir penyajian Sodik menaburkan serbuk berwana cokelat dan beraroma kapulaga
Untuk paket standar, kepala kambing ini dimakan dengan roti. Jika Anda kurang cocok bisa menggantinya dengan nasi jenis basmati yang bentuknya panjang-panjang.
Saatnya mencicipi!
Semua bagian kepala kambing yang ada sungguh lembut. Bahkan bagian lidah yang biasanya bertekstur kenyal sudah tidak bisa dibedakan lagi dengan potongan daging yang lain.
"Ini kalau tambah kecap pasti tambah top," tutur Kepala Seksi MCH Daker Makkah Khoiron yang juga ikut mencicipi.
Bumbu yang digunakan sangat minim. Satu-satunya bumbu yang digunakan sepertinya hanya taburan cokelat tadi saja. Campuran garam, lada, dan kapulaga.
Untuk lidah Indonesia, tambahan kecap akan membuatnya seperti sate. Sayangnya di situ tidak ada kecap, harus bawa sendiri.
Dalam sehari Sodik bisa menjual 150 kepala kambing. Harga kepala kambing bisa murah karena tergolong bagian yang dibuang.
![]() |
Soal makanan adalah soal selera, enak tidaknya sangat subjektif. Tapi menikmati kepala kambing langsung dari bentuknya yang utuh merupakan pengalaman baru.
Jika tidak cocok dengan kambing ada ikan, daging sapi, dan ayam untuk alternatif. Daging sapi ditusuk seperti sate diselingi dengan bawang atau paprika terus dibakar.
Silakan dipilih... (gah/imk)