Menurut Direktur Navigasi Penerbangan Kemenhub Novie Rianto, helikopter dengan nomor registrasi PK-BKA itu belum bisa dipastikan hilang kontak. Pasalnya untuk penerbangan dari Samosir ke Kualanamu, heli yang dipiloti oleh Capt Teguh Mulyanto tidak mengisi flight planning dan melaporkan ke Air Traffic Services (ATS) yang ada di Medan.
"Pesawat saat terbang enggak melaporkan penerbangannya ke unit ATS terdekat yaitu di Medan," ungkap Novie dalam jumpa pers di kantor Kemenhub, Jl Medan Merdeka Barat, Jakpus, Senin (12/10/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keberangkatan pesawat itu pun didapat dari PT PAS. Flight plan harusnya pas terbang langsung dilaporkan. Jadi hilang di mana kita nggak bisa prediksi," kata Novie.
Mengingat tidak adanya flight plan ini, maka menurut Novie kejadian ini belum bisa disebut sebagai lost contact. Sehingga untuk pencarian, informasi dari masyarakat menjadi satu-satunya instrumen.
"Flight plan tidak pernah terisi. Jadi kita tidak bisa bilang ini lost contact. Karena dari awal emang tidak pernah ada contact dengan ATC. Kita tahunya justru dari operator," jelasnya.
"Kita tidak tahu (perkiraan di mana pesawat) karena dia tidak sampai flight plan. Jadi semua tergantung ke masyarakat," sambungnya.
Sementara itu menurut Direktur Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Moh Ali, helikopter itu membawa perangkat emergency. Yakni emergency locator transmitter (ELT), namun tidak terpancar.
"ELT 406 yang mereka gunakan, baterainya expired tahun 2022 masih panjang. Jadi ini bisa digunakan transmisi. Ini tidak waterproff, jika ini masuk dalam perairan ini tidak berfungsi," ucap Alwi dalam kesempatan yang sama.
Pihak Kemenhub berharap agar heli yang membawa 2 awak dan 3 penumpang itu hanya mengalami insiden, dan bukan accident. Saat ini pencarian menurut Alwi masih dilakukan dengan melibatkan personel TNI/Polri dan juga masyarakat.
"Saya berharap, kita berdoa semoga pesawat ini hanya emergency landing. Kita berharap," tutupnya.
(ear/hri)