Makam Sentot terletak di Kelurahan Bajak, Kecamatan Teluk Segara, Bengkulu. Tak sulit dicari karena lokasinya berada di dalam kota. Jarak makam dari jalan besar atau jalan raya--Jl Soeprapto Kota Bengkulu, hanya 200 meter.
![]() |
Saat detikcom berkunjung Kamis (10/10/2015), TPU yang berukuran kurang lebih 50 meter x 30 meter itu sepi. Sebaliknya, suasana di sekitarnya ramai. Maklum di seberang TPU, ada sekolah swasta. Di kanan kiri sekolah, ada warung dan penjual es. Kendaraan lalu lalang di jalan depan TPU.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bawah tabot, tak cuma makam Sentot, ada juga makam tokoh Bengkulu asal Arab Saudi, Sayid Muhammad Zen Al Madani. "Dia penyebar agama Islam di Bengkulu," tutur Ujang (59), juru kunci makam Sayid Muhammad Zen Al Madani.
![]() |
Ujang menemani detikcom melihat-lihat makam Sentot sambil menjelaskan potongan kisah era kolonialisme Belanda. Sedangkan juru kunci makam Sentot, Agus, tidak berada di rumah.
Yang bisa disampaikan Ujang tentang Sentot adalah kisah sebagaimana tertulis di buku sejarah. Disebutkan, Sentot merupakan keturunan Keraton Yogyakarta. Ia menjadi panglima perang Pangeran Diponegoro di usia 17 tahun.
Sentot ditangkap atas siasat licik Belanda, lalu dibuang ke Sumatera Barat, dan dipaksa melawan pasukan Paderi pimpinan Imam Bonjol. Diam-diam, Sentot malah membantu Imam Bonjol mengusir Belanda dari Sumatera. Upaya tersebut tercium Belanda.
![]() |
Sentot dibawa kembali ke Batavia (Jakarta) untuk diadili. Dia dibuang ke Bengkulu pada tahun 1833. Tepat pada 17 April 1885, dia wafat dan dimakamkam di Kelurahan Bajak, Kecamatan Teluk Segara.
"Hanya ada beberapa saja yang ziarah. Satu dua (orang). Tidak tahu siapa mereka," kata Ujang yang ikut membantu menemani peziarah.
Kenapa Sentot dimakamkan di TPU, bukan di tempat khusus? "Tidak tahu. Orangtua dan keluarga tidak pernah ngasih tahu. Dari dulu sudah begini," kata Ujang yang menjadi penjaga makam menggantikan pamannya sejak tahun 2002 ini.
Ada versi lain tentang makam Sentot. Konon dia dimakamkan di Magelang, Jawa Tengah. Namun diduga makam tersebut hanya petilasan (tempat yang pernah dihuni). Persis seperti cerita Pangeran Diponegoro yang disebut-sebut dimakamkan di Magelang, tapi makamnya ada di Makassar, tempat terakhir pengasingannya.
Pangeran Diponegoro dan Sentot Alibasyah tidak saja terpisah setelah tertangkap Belanda, tapi hingga ajal menjemput. Yang tersisa hanya potongan-potongan kisah heroik seperti disampaikan juru kunci makamnya dan para penggiat sejarah. (try/nrl)