Akhir pekan kemarin detikcom menemui sejumlah tukang becak yang mangkal di Stasiun Depok Lama, Depok, Jawa Barat. Saat itu ada yang terlelap di becaknya, ada yang tengah berbincang dengan temannya, tetapi semua senang saat hendak diwawancara.
"Sebelumnya saya buruh bangunan. Sejak Pak Harto turun, tahun '98 saya narik becak. Dan langsung di Stadela (Stasiun Depok Lama-red). Saya dari kecil di Depok. Sekarang keluarga sudah di sini juga," terang Tarjo (42) penarik becak asal Tegal menceritakan tentang awal mula narik becak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau saya mulai narik becak tahun '75. Tapi mulai aktif tahun '80," timpal Maman Safei (60) penarik becak senior yang rambutnya sudah mulai memutih.
"Kalau saya dari tahun 1985," imbuh Abdul Habib (65) penarik becak lainnya.
Para abang becak ini tampak santai saat berbincang. Saat dipancing untuk pindah profesi, mereka terlihat tertarik tapi ya itu tadi, keterbatasan modal menjadi hambatan, atau mungkin juga sudah menikmati profesinya.
"Kalau ramai, saya bisa dapat 10 orang lebih. Ya kira-kira dapat Rp 100.000. Kalau hari libur, ya alhamdulillah walaupun lebih banyak hari kerja," terang Tarjo.
"Bisa sampai Rp 100.000. Kalau lagi ramai, misalnya musim hujan, bisa sampai Rp 200.000. Alhamdulillah," sambut Maman.
Seorang abang becak lainnya ikut nimbrung, namanya Jatmo (43). Menurut dia, paling kecil dalam seharinya penarik becak ini tidak kurang dari Rp 75 ribu.
![]() |
"Yang sepi juga kadang bisa dapat lumayan. Kurang lebih Rp. 75.000," tegas Jatmo.
Urusan penghasilan, bagi para penarik becak ini memang soal apakah mangkal terus atau tidak. Karena selain di Stasiun Depok Lama, di Jl Pemuda Depok juga bisa mangkal. Tapi biasanya, setelah mendapat uang cukup mereka ngetem dan bersantai atau pulang ke rumah.
"Kalau saya 24 jam ada dan siap di stasiun. Dulu saya buruh bangunan, sejak 1993 ngebecak," tutup Jatmo pria asal Brebes ini. (dra/dra)