Jakarta - Iran dan Rusia telah menandatangani perjanjian nuklir, meskipun ditentang keras oleh Amerika Serikat. Kesepakatan itu membukakan jalan bagi reaktor nuklir pertama Iran untuk mulai beroperasi pada tahun depan.Perjanjian bahan bakar nuklir itu diteken pada Minggu (27/2/2005) lalu di proyek atom Bushehr, di Iran selatan. Sebagai respons atas penandatanganan itu, John McCain, seorang Senator Republikan menyatakan bahwa Washington seharusnya melarang Rusia untuk mengikuti KTT Kelompok Delapan (Group of Eight) atau G8 yang akan digelar tahun ini. Namun hal ini langsung ditentang Prancis, Jerman dan Inggris. Senator McCain, anggota Komite Dinas Bersenjata Senat AS, menuding Presiden Rusia Vladimir Putin telah melakukan kebijakan yang "menyimpang" dan bertindak "seperti anak manja". Demikian seperti dilansir surat kabar
The New York Times, Selasa (1/3/2005).Sesuai kesepakatan nuklir Rusia-Iran, Rusia akan memasok bahan bakar selama 10 tahun. Setelah itu, Iran berencana untuk membuat sendiri bahan bakar nuklirnya.Iran diharuskan memulangkan semua bahan bakar yang telah terpakai ke Rusia. Pemerintah Moskow berharap hal ini akan menghilangkan kekhawatiran AS bahwa Iran bisa menggunakan bahan bakar sisa itu untuk memproduksi senjata nuklir.Pemerintah Teheran telah berulang kali menegaskan bahwa pihaknya tidak memiliki program senjata atom. Ditegaskan Iran bahwa fasilitas nuklir yang dimilikinya semata-mata untuk pembangkit energi listrik.
(ita/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini