Penyandang Tunanetra: Jatuh Bangun di Kereta, Digeser dari Bangku Prioritas

Penyandang Tunanetra: Jatuh Bangun di Kereta, Digeser dari Bangku Prioritas

Salmah Muslimah - detikNews
Rabu, 07 Okt 2015 13:51 WIB
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Menggunakan transportasi umum bagi warga biasa yang tak memiliki kekurangan fisik mungkin dianggap hal yang biasa dan mudah. Namun ternyata hal lain dirasakan oleh para penyandang disabilitas. Mereka butuh tenaga ekstra agar bisa sampai di tempat tujuan dengan kendaraan umum.

Misalnya saja para penyandang tunanetra saat menggunakan kereta rel listrik (KRL). Saat masuk ke stasiun mereka bingung arah loket tiket karena tidak ada guiding block atau jalur pemandu.

"Pas masuk stasiun kami bingung karena tidak ada guiding block dari pintu masuk ke tempat pembelian tiket. Apalagi kalau loketnya di lantai atas seperti di Stasiun Cikini," kata Ketua Umum Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Aria Indrawati saat berbincang dengan detikcom, Rabu (7/10/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka yang mengandalkan tongkat harus bersusah payah untuk bisa sampai di loket, lalu lanjut ke peron stasiun untuk menunggu kereta. Jalan yang lumayan menantang bagi mereka harus dilalui dengan hati-hati agar tak jatuh. Sampai di peron mereka harus mengandalkan tongkat agar tak terjerembab ke celah-celah antara peron dan lantai kereta.

"Antara peron dengan lantai kereta itu idealnya rata, sehingga jika tunanerta masuk ke dalam gerbong itu tongkatnya nggak jeblos ke celah-celah. Tongkat itu kan mata bagi tunanetra," ucapnya.

Foto: Ilustrasi Stasiun Bogor (Agung Pambudhy/detikcom)


Selain itu, Aria juga mengatakan banyak bangku khusus penyandang disabilitas yang biasa ada di angkutan umum itu tidak digunakan sebagaimana mestinya. Dia mencontohkan saat itu ada temannya yang penyandang disabilitas ingin duduk di kursi khusus di kereta dan kebetulan berbarengan dengan ibu yang lanjut usia.

"Teman saya laki-laki itu disalahkan, harusnya kan ada penumpang lain yang memberikan kursi untuk dia," ucap Aria.

Selain kereta, TransJ juga dirasa saat ini belum bisa memberikan fasilitas yang baik untuk para penyendang disabilitas. Ramp atau bidang miring untuk menuju tempat tunggu bus yang dirasa masih curam, bahkan ada beberapa halte yang tidak memiliki ramp. Selain itu jarak halte dengan bus yang lumayan jauh membuat para penyendang tunanetra ini kesulitan.

"Transjakarta juga begitu (belum ramah bagi penyandang disabilitas) misalnya antara bus dan halte itu selalu ada celah, bahkan di halte Harmoni kalau nggak salah itu celahnya lebar, orang naik itu kan terburu-buru dan tidak toleran. Tongkatnya jeblos ke lubang tadi dan kami bisa ikut jeblos," ujar Aria.


Foto Agung Pambudhy/detikcom


Aria berharap fasilitas umum yang ada saat ini bisa lebih memperhatikan para penyandang disabilitas. Misalnya dengan membuat desain yang ramah bagi mereka.

"Seharusnya desain yang ramah bagi disabilitas. Selain itu misalnya di stasiun ada petugas yang siaga yang tugasnya membantu penumpang seperti kami," harapnya. (slm/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads