Kondisi tersebut disampaikan oleh Bupati Sragen, Agus Fatchur Rahman, kepada wartawan di sela-sela menghadiri peringatan Hari Kontrasepsi Internasional di Desa Pringanom, Masaran, Sragen, Jumat (2/10/2015).
Agus memaparkan wilayah Sragen terbagi menjadi dua kawasan yang memiliki perbedaan cukup menyolok. 11 kecamatan di sebelah utara aliran Bengawan Solo merupakan daerah kering dan tandus serta memiliki cadangan air yang minim. Sedangkan selebihnya yang berada di selatan Bengawan Solo merupakan daerah subur yang selama ini dikenal sebagai salah satu lahan pertanian utama di Jawa Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan hanya kawasan utara, kawasan di selatan Bengawan Solo saat ini jug mulai merasakan semakin minimnya air untuk kebutuhan pertanian. Karena itu, Pemkab Sragen telah melakukan pendekatan kepada pengelola Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri dan Wadul Colo di Sukoharjo agar mengundurkan pelaksanaan penutupan pintu bendungan.
Penutupan pintu bendungan memang perlu dilakukan untuk menjaga ketersediaan air di bendungan. Rencananya penutupan akan dilakukan pada 5 Oktober mendatang. Namun Pemkab Sragen meminta agar penutupan dilakukan paling cepat pada pertengahan Oktober dengan alasan lahan pertanian di daerahnya masih membutuhkan irigasi dari bendung tersebut.
"Kami sedang melobi agar Jasa Tirta masih mengalirkan irigasi ke Sragen, terutama daerah yang bisa dijangkau seperti di kawasan Sragen bagian selatan. Sepertinya permintaan kami mendapat respon baik dan penutupan akan diundur agar petani tidak semakin merugi," lanjut Agus.
(mbr/jor)