Mengintip Ribuan Motif Koleksi Museum Batik Keraton Yogyakarta

Hari Batik Nasional

Mengintip Ribuan Motif Koleksi Museum Batik Keraton Yogyakarta

Sukma Indah Permana - detikNews
Jumat, 02 Okt 2015 07:15 WIB
Foto: Sukma Indah Permana
Jakarta - Batik saat ini telah bebas dikenakan siapa saja tanpa memandang kelas ekonomi atau sosial. Namun jika ditarik ke belakang, bicara batik tak lengkap rasanya tanpa menengok kembali sejarah panjangnya dari keraton-keraton Nusantara. Salah satunya Keraton Yogyakarta.

Keraton Yogyakarta hingga saat ini masih menjadi pusat kebudayaan, salah satunya batik. Corak batik Keraton Yogyakarta memiliki ciri mendasar yang dipertahankan hingga saat ini. Untuk mengenal sejarah dan berbagai motif hingga pembuatannya, terdapat sebuah museum batik yang terletak di sebelah timur kompleks keraton.

Di Museum Batik Keraton Yogyakarta, wisatawan akan disuguhi sekitar 2.000-an motif asli keluarga kerajaan. Tak seperti ruangan museum lain di komplek Keraton, khusus di museum Batik pengunjung dilarang memotret. Para abdi dalem yang duduk berjaga tak segan menegur jika ada pengunjung yang bandel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Terdapat foto-foto raja dan ratu dari generasi ke generasi lengkap dengan penjelasan filosofinya. Begitu masuk ke ruangan berukuran sekitar 10 X 7 meter, pengunjung langsung disuguhi lukisan penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono X dan sang ratu GKR Hemas.

Keduanya tampak mengenakan batik bermotif Parang Barong. Detikcom berkesempatan memotret beberapa sudut utama museum dengan izin dari Pengageng Tepas Pariwisata Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat GBPH Prabukusumo.

"Kalau GKR Hemas memakai (motif batik) Parang Rusak Ceplok Gurdo, hanya Sultan dan permaisuri yang memakai motif parang," ujar Bandara Raden Ayu Poeroeboyo kepada detikcom, Senin (28/9/2016).

Selain itu, terdapat pula kain batik motif Parang Barong milik Sri Sultan HB VIII yang digunakan pada saat penobatannya tahun 1921. Motif Parang Barong milik Sri Sultan HB VIII tampak berukuran lebih besar dibanding milik Sri Sultan X.



Wanita yang juga merupakan menantu Sri Sultan Hamengku Buwono VIII ini menceritakan, di museum ini banyak memajang motif-motif batik busana yang pernah dikenakan keluarga kerajaan.

Beberapa di antaranya batik yang dikenakan istri-istri Sri Sultan HB IX.

"Batik istri pertama (Sultan HB IX, KRAy Pintoko Purnomo), batik motif gringsing bintang purnama. Gringsing itu artinya titik-titik. Istri kedua, KRAy Windyaningrum, motif sisik kapal api," kata Poeroeboyo.

Tak hanya beragam motif batik, museum yang diresmikan oleh Sri Sultan HB X pada 31 Oktober 2005 ini juga memajang peralatan batik tradisional mulai dari kompor dan wajan kecil, bahan pengawet dan pewarna batik, canting, sampai anyaman bambu berbentuk kurungan ayam untuk meratus batik.

Meratus batik dengan menggunakan kurungan ayam bambu merupakan cara tradisional.

"Ratus dibakar di dalamnya, lalu lembaran kain batik digelar di atas anyaman bambu. Jadi kain terkena asap Ratus dan jadi wangi baunya," tutur Poeroeboyo.



Tak hanya itu di dekat pintu keluar museum, terdapat sepasang patung pengantin kerajaan. Kain yang dipamerkan bermotif Sawat Manak dan batik Kotak Nitik.

"Yang batik Kotak Nitik hibah dari BRAy Hadikusumo," imbuhnya.

Museum ini menjadi bagian dari paket wisata yang ditawarkan oleh Keraton Yogyakarta. Buka setiap hari pukul 09.00 - 14.00 WIB, wisatawan lokal dikenai biaya tiket seharga Rp 5 ribu dengan tambahan Rp 1.000 bagi yang membawa kamera. Sedangkan tiket untuk wisatawan mancanegara seharga Rp 15 ribu.

Murah atau murah sekali? Selamat Hari Batik.


(sip/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads