Delegasi DPR yang dipimpin oleh Ketua DPR Setya Novanto berangkat ke New York untuk menghadiri sidang Inter Parliamentary Union. Di sela-sela sidang, mereka bertemu dengan Donald Trump pada Kamis (3/9/2015) siang.
Pertemuan selama 30 menitΒ di Trump Plaza lantai 26 berlangsung dengan santai. Wakil Ketua DPR Fadli Zon bahkan sempat meminta tanda tangan Trump di bukunya dan selfie bareng. Jepret!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kehadiran mereka di jumpa pers Donald Trump setelahnya yang kemudian diperbincangkan. Trump sendiri sudah mendeklarasikan diri sebagai bakal capres AS. Novanto, Fadli, dan delegasi DPR lainnya berdiri di belakang Trump, bersama-sama dengan orang-orang yang membawa spanduk dukungan untuk Trump. Fadli pun sempat selfie dengan salah satunya.
Dalam jumpa pers itu, Trump memperkenalkan Novanto sebagai salah satu orang kuat RI. Dia pun menanyakan apakah masyarakat Indonesia menyukai dirinya. Novanto menjawab 'iya'.
![]() |
Video dan foto-foto pertemuan serta jumpa pers itu pun menjadi perbincangan hangat di tanah air. Kritikan pun datang meski Novanto, Fadli dan rombongan belum kembali ke tanah air. Mulai dari anggaran hingga jadwal pun jadi perbincangan.
Beberapa anggota DPR dari Fraksi PDIP, PKB, PPP, dan Hanura yang menganggap pertemuan itu tidak etis lalu melapor ke Mahkamah Kehormatan Dewan. Pada akhirnya, MKD menjadikan dugaan pelanggaran kode etik itu sebagai perkara tanpa aduan.
Pulang dari Amerika Serikat, Novanto-Fadli dan rombongan pun mengadakan jumpa pers untuk menjelaskan secara rinci agenda mereka. Pertemuan dengan Donald Trump pun dijabarkan.
Para pimpinan DPR membantah kunjungan itu sebagai jalan-jalan dan menghamburkan uang rakyat. Kehadiran di jumpa pers Trump juga bukan merupakan dukungan terhadap bakal capres AS itu.
Printilan dari polemik Trump ini pun ikut jadi sorotan. Mulai dari arloji Richard Mille milik Novanto yang dipakai saat bersalaman dengan Trump hingga bingkisan yang didapat delegasi DPR.
Bingkisan itu ternyata berisi dasi garis-garis dan topi bertuliskan 'Make America Great Again' yang merupakan jargon kampanye Trump. Sempat menolak saat diminta KPK untuk melaporkan, Fadli Zon akhirnya menyerahkan bingkisan itu. Bahkan, dia bersedia memberikan bingkisan itu ke pimpinan KPK bila dianggap bukan gratifikasi.
![]() |
Polemik Trump ini sempat menggoyang kursi pimpinan DPR. Besarnya kritik dari luar maupun dalam DPR sendiri lalu memunculkan wacana revisi UU MD3 untuk kocok ulang pimpinan. PDIP cs pun sempat meminta Novanto dan Fadli nonaktif selama proses persidangan MKD.
Fahri Hamzah yang gerah dengan wacana kocok ulang itu mempersilakan kursinya diambil. Sementara itu, Fadli Zon menantang pihak-pihak yang berani mengambil posisinya.Β Meski begitu, wacana itu tidak menjadi nyata.
Fasilitator pertemuan itu juga menjadi kontroversi. Pengusaha Hary Tanoesoedibjo disebut oleh Tantowi Yahya sebagai fasilitator. MNC Group yang dipimpin oleh HT memang memiliki proyek kerja sama dengan Trump.
Fadli Zon menyebut HT punya andil di pertemuan. Meski begitu, Novanto mengaku dihubungi langsung oleh Trump. Pertemuan itu pun diminta tidak dikaitkan dengan bisnis Hary Tanoe.
![]() |
MKD tetap melanjut proses pemeriksaan terkait kasus ini. Sempat muncul bibit-bibit perpecahan di MKD dalam pengusutan, namun proses terus berjalan. Novanto dan Fadli dipanggil untuk pemeriksaan pada 28 September 2015 lalu namun keduanya tidak hadir karena sedang menunaikan ibadah haji.
Keduanya kembali akan dipanggil MKD pada 12 Oktober 2015 mendatang. Apakah Novanto dan Fadli akan hadir? Bagaimana ujung dari kontroversi ini? Tentu kisahnya masih akan bergulir.
(imk/tor)