Kenangan Suparno Terpisah dari Istrinya saat Tragedi Mina

Tragedi Mina

Kenangan Suparno Terpisah dari Istrinya saat Tragedi Mina

Gagah Wijoseno - detikNews
Selasa, 29 Sep 2015 13:49 WIB
Foto: Dok. keluarga
Makkah - Pagi itu, tanggal 24 September 2015, Dahlia bersama Suparno yang tergabung dalam kloter BTH 14 bergerak dari maktab (tempat bermukim) 01 di Mina Jadid menuju Jamarat. Sepasang suami istri ini berjalan kaki bersama rombongan berniat untuk melontar jumroh aqabah selepas wukuf sehari sebelumnya di Arafah.

Perjalanan mereka berjalan lancar sampai mereka diarahkan oleh askar menuju Jalan 204. Jalan itu menjadi saksi bisu bagaimana Tragedi Mina memisahkan Dahlia dan Suparno untuk selama-lamanya.

"Papah!" itu ucapan terakhir yang diingat Suparno saat akhirnya dia tak sadarkan diri tergencet orang-orang di sekelilingnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suparno terbangun dengan tumpukan es di dadanya, bibirnya pecah-pecah, beberapa bagian tubuhnya lebam. Pria berusia 59 tahun itu menjadi korban Tragedi Mina yang merenggut nyawa ribuan orang jemaah haji dari seluruh dunia.

Tidak ada tulang yang patah di tubuhnya, Suparno hanya beberapa jam dirawat di rumah sakit sebelum akhirnya diantar pulang ke kloternya. Kloter BTH 14 dirundung duka, kamar yang dihuni Suparno sepi, tiga rekannya juga tidak kembali.

Begitu juga Dahlia, istri tercinta Suparno, ibu dari 6 anak-anak mereka. Tak kunjung kembali ke penginapannya.

Keyakinan Suparno bahwa Dahlia bernasib lebih baik dari dirinya perlahan pudar tatkala penantiannya tak kunjung usai. Sampai hari berganti, perempuan berusia 46 tahun itu tidak kunjung kembali ke penginapan.

Kamar Suparno tetap sepi, 3 kawan sekamar Suparno juga tidak kunjung kembali. Tas-tas mereka tetap pada tempatnya, baju mereka tetap di lemari, jemuran mereka masih pada tempatnya, tidak berubah sejak terakhir kali ditinggal pergi ke Arafah.

"Saya tidak bisa makan. Selalu muntah, bahkan air kadang juga muntah. Bisa air hangat saja," tuturnya saat ditemui Tim Media Center di Makkah, Senin (28/9/2015).

Belajar untuk ikhlas dan menerima, Suparno mencari perempuan yang dicintainya itu ke pemulasaraan jenazah di Muaisim. Pada Senin malam, Suparno menemukan jawabannya.

"Saya tahu dari kerudungnya. Dari renda-rendanya," tutur Suparno.

Foto Dahlia berada di antara ribuan foto orang-orang korban wafat yang ditempel di Muaishim. Istri yang sangat dicintainya itu sudah wafat di Tanah Suci.

"Paling ingat senyumnya. Orangnya tidak pernah marah," kata Suparno perlahan, mencoba untuk tegar dan ikhlas menerima kenyataan ini.

Di mata Suparno, Dahlia adalah sosok pelindung baginya. Dia yang menjaga Suparno tatkala thawaf di Masjidil Haram agar jangan sampai terbawa arus ke tengah.

"Dia malah yang menjaga saya, harusnya saya kan," katanya sembari menahan sembab.

Suparno sudah mengabari keluarganya di tanah air. Dia sudah menelepon anak sulungnya yang berada di Bandung. Dia meminta keluarga mengikhlaskan kepergian Dahlia, wafat di Tanah Suci, tempat yang mulia di bumi ini.

"Sudah. Saya pilih anak yang paling kuat yang di Bandung. Anak-anak juga sudah saya kasih tahu bahwa ibunda syahid jadi mohon diikhlaskan," ujarnya.

Tiga teman sekamar Suparno, dua dia antaranya sudah dipastikan wafat. Sedangkan satu lagi masih tidak ketahuan rimbanya. (gah/dhn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads