Lokasi temuan tepatnya berada di kebun yang ada di RT 4 RW 5, Kecamatan Mijen. Di lokasi kebun milik warga bernama Sutopo itu sebelumnya juga pernah ditemukan arca Ganesah dan Nanji. Hal itu menjadi rujukan diduga ada bangunan peninggalan kerajaan Hindu.
Hal itu diungkapkan Koordinator Pusat penelitian Arkeologi Nasional, Agustijanto. Ia mengatakan pusat Arkeolog sudah pernah melakukan survei terhadap situs tersebut sejak tahun 1967 namun baru bisa dilanjutkan dengan ekskavasi dan penelitian sekarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Diperkirakan candi yang baru ditemukan itu berukuran 9,3 meter x 9,3 meter. Namun saat ini baru sebagian yang dilakukan penggalian dan terlihat tumpukan seperti batu candi yang membentuk undakan.
Ekskavasi akan dilakukan sejak 25 September hingga hari Selasa (29/9) besok. Hal itu dilakukan untuk mengetahui ukuran dan kemungkinan bujur sangkar.
"Ini kita sedang mengumpulkan informasi," tegas Agustijanto.
Tim yang melakukan ekskavasi yaitu 5 orang dari PPAN, mahasiswa ITB dan UGM. Sementara ini temuan masih berupa profil batu bata berbentuk gerigi segitiga dan profil badan candi. Dua temuan itu penting digunakan sebagai bahan penelitian.
"Jika sudah ada itu, indikasinya candi ini merupakan candi zaman Mataram kuno bergaya Seni Jateng abad 10," pungkasnya.
Meski demikian pihaknya belum bisa memberi kepastian apakah benar candi tersebut merupakan peninggalan kerajaan Mataram kuno. Perlu ada kajian berupa penelusuran sejarah serta penelitian laboratorium terhadap jenis batu dari candi.
![]() |
Dugaan sementara, lanjut Agustijanto, candi tersebut dibangun ketika Hindu masuk ke Jawa Tengah lewat jalur Pantura yaitu Semarang-Kendal. Candi-candi Hindu memang biasanya dilengkapi bangunan Lingga Yoni.
"Penelitian di sini kita berangkat dari tema penelitian bagaimana perkembangan sejarah Hindu Budha di Pantura. Dari situ kita survei penelitian dari Tegal sampai Batang," pungkasnya. (alg/try)