Karenanya jangan heran kalau tidak ada sejarah era reformasi. Padahal banyak pelajar dari berbagai daerah di Indonesia, juga dari Jakarta dan sekitarnya melakukan study tour ke Monas. Lalu sejarah seperti apa yang akan mereka dapatkan?
![]() |
Salah satu yang menjadi pusat perhatian tentang kisah G 30 S/PKI dan Supersemar. Versi orde baru tentu semua tahu ada bahwa PKI hendak melakukan coup, tetapi gagal. Lalu muncul Soeharto sebagai penyelamat yang menerima mandat Supersemar dari Soekarno. Hal ini dijelaskan berulang-ulang oleh tour guide ke para pengunjung. Tentu tour guide hanya bersandarkan pada keterangan yang ada di diorama.
"Jadi itu G30 S/PKI partai komunis ingin menguasai, membubarkan mencaplok pemerintah, sehingga 6 jendral 1 kapten diculik oleh komunis dan disiksa di lubang buaya Pondok gede. Setelah kudeta, Mayjen Soeharto berhasil menumpas rencana G 30 S/PKI yang kemudian dibubarkan, sehingga tampak dalam diorama pengambilan 7 pahlawan kita korban G 30 S/PKI oleh Mayjen Soeharto saat itu," terang seorang tour guide menjelaskan mengenai diorama di Monas, Sabtu (26/9/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Dalam Diarorama itu tampak seorang berjaket kuning berdarah-darah dia Arif Rahman hakim dari UI tertembak oleh pasukan Cakrabirawa keadaan semakin menjadi tidak stabil sehingga hilang kepercayaan rakyat kepada pemerintahan Bung Karno, hingga akhirnya Bung Karno memberikan mandat Supersemar yg dibawa tiga perwira tinggi oleh Amir Mahmud, M Yusuf, Basuki Rachmat sehingga tergambar dalam diorama itu," tambah tour guide itu menjelaskan.
Sang tour guide itu mengaku menjelaskan sesuai diorama yang ada. Dia tahu bahwa di luaran memang ada kontroversi mengenai sejarah Supersemar dan peristiwa G 30 S/PKI. Sang tour guide mengaku hanya membaca dari buku-buku dan menjelaskan apa adanya.
Para sejarawan sendiri memang masih membahas serius, berdebat, serta berdiskusi mengenai apa yang sebenarnya terjadi terkait peristiwa G 30 S/PKI dan kemudian Supersemar.
Mungkin seperti yang disampaikan sejarawan UI Asvi Warman Adam, bahwa apabila ingin mengubah diorama di Monas tentu harus ada penelitian dan seminar. Sehingga nanti bisa didapatkan sejarah yang sesungguhnya di diorama Monas yang nantinya dinikmati banyak pelajar.
Dan yang terpenting, pesan Asvi, adanya diorama era reformasi. Diorama di Monas memang berhenti di era orde baru. Tak ada perjalanan sejarah era reformasi.
(edo/dra)