"Tentu perlu direvisi dan dilengkapi minimal sampai tumbangnya Soeharto tahun 1998. Tidak hanya berhenti sampai Supersemar 1966," ujar Asvi saat berbincang, Sabtu (26/9/2015).
"Merevisi yang lama dan melengkapi, sehingga jadi narasi yang utuh tentang sejarah perjalanan atau perjuangan bangsa dari perlawanan berbagai kerajaan di nusantara, pergerakan politik sejak awal abad XX sampai dengan proklamasi lalu proses mengisi kemerdekaan sampai dengan 1998," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Era reformasi masih terus berkembang dan berubah. Sebab itu sementara ini cukup sampai akhir Orba 1998. Waktu Orba banyak peristiwa sejarah penting, termasuk pelanggaran HAM berat," kata Asvi.
Menyoal penambahan diorama, Asvi setuju dengan Kepala UPT Monas Rini Hariyani yang menyebut perlu dilakukan kajian terlebih dulu bersama para sejarawan.
"Tidak perlu kajian sejarah yang ditulis sejarawan yang mendalami periode ini kemudian diseminarkan, setelah itu baru dibuat revisi diorama dan penambahan diorama baru," lanjutnya.
Mengenai peran pemandu yang tidak jarang hanya menerangkan diorama sesuai teks yang ada dan tidak rinci kepada pengunjung, menurut Asvin seharusnya mereka diberi panduan dan pelatihan agar dapat memberi penjelasan lebih detail. "Pemandu itu soal teknis. Yang jauh lebih mendasar diorama itu sendiri yang dibuat secara profesional," tutup dia. (aws/ndr)











































