Ada Human Error di Juanda, Bagaimana PT KAI Mendidik Calon Masinis?

Ada Human Error di Juanda, Bagaimana PT KAI Mendidik Calon Masinis?

Nur Khafifah - detikNews
Jumat, 25 Sep 2015 14:22 WIB
Ada Human Error di Juanda, Bagaimana PT KAI Mendidik Calon Masinis?
para masinis dites urine (Foto: Arbi Anugrah)
Jakarta - Tabrakan 2 KRL di Stasiun Juanda pada Rabu (23/9) lalu dipastikan karena kelalaian asisten masinis. Bagaimana sebenarnya peraturan mengenai asisten masinis dan sistem pendidikan mereka?

Asisten Manajer Humas PT KCJ, Adli Hakim, menjelaskan, perekrutan seluruh masinis dilakukan oleh PT KAI. Sebelum mengikuti seleksi, mereka harus memenuhi berbagai kriteria seperti tinggi badan, berat badan dan kesehatan fisik. Mereka juga harus melampirkan surat keterangan bebas narkoba dan surat keterangan dari kepolisian bahwa dirinya tidak tersangkut masalah hukum.

"Pendidikan terakhirnya minimal SMA dan sederajat. Kalau SMA jurusannya harus IPA, sedangkan SMK jurusan mesin, elektro atau yang terkait dengan perkertaapian," ujar Adli di kantor PT KCJ, Jl Juanda, Jakarta Pusat, Jumat (25/9/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara batas usia minimal adalah usia lulus SMA. Saat ini menurut Adli, banyak calon masinis yang baru lulus SMA dan lolos seleksi pendaftaran.

Setelah dinyatakan lolos, para calon masinis ini harus mengikuti pendidikan selama 3 bulan di Balai Pelatihan Teknik Perkeretaapian (BPTP) di Bekasi dan Balai Pelatihan Teknik Traksi di Yogyakarta. Selama proses belajar mereka harus tinggal di asrama.

"Di BPTP dan Traksi ada kereta simulatornya. Di Bekasi mereka belajar kereta api kalau di Yogya mereka belajar lokomotif," terangnya.

Selesai 3 bulan pertama, mereka akan melanjutkan pendidikan 3 bulan lagi. Kali ini adalah pengenalan lintas. Yaitu para calon masinis mulai belajar di lapangan, tidak hanya di kelas.

"Mereka diperbolehkan berada di dalam kabin masinis, melihat senior yang bekerja. Tapi hanya lihat saja, belum diperbolehkan pegang kemudi," kata Adli.

Selama proses pendidikan, perkembangan mereka terus dipantau oleh para pelatih. Kedisiplinan, pengetahuan perkeretaapian, persoalan teknikal dalam mengemudikan kereta api, kemampuan membaca situasi dan sebagainya, seluruhnya dinilai. Jika pendidikan 6 bulan tersebut lolos, mereka akan menjadi asisten masinis dan mulai diizinkan memegang kemudi.

Di situlah pertama kalinya mereka mendapatkan kesempatan memegang kemudi kereta api sungguhan. Sebab PT KAI tidak memiliki kereta latih sehingga masinis tidak seperti pilot yang dapat belajar dari pesawat latih.

"Sebenarnya ada kereta di Depo yang bisa dipakai latihan. Tapi kan (lintasan) Depo pendek saja," terang Adli.

Selama menjadi asisten masinis, mereka selalu didampingi masinis senior. Lama perjalanan asisten masinis selalu dicatat rinci oleh masinis senior untuk kemudian dilaporkan kepada manajer. Sebab asisten masinis harus memiliki minimal 4.000 jam perjalanan agar dapat menjadi masinis. (kff/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads