Korwil Banser Daerah Maluku dan Papua, Faisal Saimima, mengatakan pengiriman Banser ke Tolikara, Papua, yang jumlahnya hanya 23 orang tersebut bukan untuk gagah-gagahan, tapi bertujuan membentuk sinergi dengan pemuda kristiani dan pihak-pihak terkait di Tolikara demi menjaga ibadah umat Islam.
"Teman-teman Banser sudah sampai di Tolikara, kemarin pas magrib, dan langsung bersilaturahmi dengan Bupati Tolikara, dengan tokoh kristiani, dan pemuda kristiani. Mereka menyambut baik karena ini dalam rangka menjaga keberagaman," kata Faisal Saimima dalam keterangannya, Kamis (24/9).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita selama ini juga menjaga gereja di Jawa saat hari besar keagamaan umat kristiani maupun menjaga tempat ibadah ketika umat Hindu dan Buda merayakan hari besarnya. Jadi, yang ingin kami pastikan dengan hadir di Tolikara juga sama, yaitu memastikan bahwa umat muslim di sana yang minoritas bebas menjalankan ibadahnya," ujar pria yang juga Wakil Sekjen GP Ansor ini.
Maka dari itu, lanjut Faisal, begitu tiba di Tolikara, Banser langsung bersilaturahmi dengan Bupati Tolikara. Bahkan, kata dia, karena sambutan yang positif itu, pemuda Kristen disana juga sudah berkomitmen agar bersama-sama dengan Banser menjaga umat muslim yang menjalankan ibadah Sholat Idul Adha hari ini.
Menurut Faisal, apa yang terjadi saat salat Idul Fitri lalu dengan adanya kasus pembakaran masjid, apapun alasannya tidak boleh terulang lagi. Dan hal itu juga sudah menjadi kesadaran bersama di Tolikara agar kasus saat Idul Fitri lalu tidak dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk memecah konflik.
Lebih lanjut, Faisal mengungkapkan bahwa kehadiran Banser di Tolikara disambut positif oleh tokoh agama, pemuda, serta Bupati Tolikara dan apatar TNI/Polri setempat karena memang sejarah GP Ansor yang selama ini mengedepankan kebersamaan dalam menghadapi perbedaan.
"Jadi, apa yang kami lagukan bukan sekadar menjaga dalam arti secara fisik. Melainkan upaya merawat agar tidak ada pihak-pihak yang mencoba merusak pondasi keberagaman di negara ini. Kita hidup bernegara ada aturannya, dimana dalam aturan bahwa soal ibadah itu dijamin kebebasannya dan dilindungi. Itulah yang ingin kami pastikan, bahwa tidak ada praktik tirani mayoritas dalam hal menjalankan ibadah dan keyakinan," jelasnya. (tor/tor)











































