Yongki ditemukan mati pada Jumat (18/9) lalu, hanya sekitar tujuh jam setelah para petugas memeriksanya di kamp di TNBBS. Dia diracun sampai mati sekitar dinihari. Gadingnya dicabut tanpa belas kasihan.
Gajah berumur 35 tahun tersebut tinggal di Posko Pemantauan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Wilayah Pemerihan, Lampung Barat. Ada dua gajah jantan lainnya di posko tersebut, yakni Kernangnin dan Renggo. Lalu dua dua gajah jantan anakan bernama Tomi dan Sampot serta gajah betina bernama Arni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semua pihak kaget dengan kematian Yongki, apalagi di 'rumahnya' sendiri. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar shock dengan kabar tersebut.
"Saya betul-betul kaget dengar kematian gajah Yongki itu apalagi jasa dan perannya itu tidak bisa dianggap sepele," terang Siti kepada detikcom, Rabu (23/9/2015).
Dunia menangisi kematian Yongki. Washington Post dan media asing lainnya seperti ABC memberitakan kabar duka ini. Berbagai komentar menyesalkan terjadinya peristiwa tersebut.
"Kematian Yongki memberi pukulan bagi Indonesia dan dunia. Gajah Suamatra, termasuk hewan langka. Hanya tersisa 2.000 ekor saja," demikian tulis Washington Post.
Di twitter, tagar #RIPYongki juga menggema. Banyak selebritis yang menyuarakan duka mereka. Kematiannya disamakan dengan pembunuhan terhadap Cecil, singa Afrika yang dibunuh oleh dokter gigi asal Amerika Serikat. (mad/mad)