"Dari sudut pandang strategis, abad 19 ditentukan oleh Samudera Atlantik, abad 20 oleh Samudera Pasifik, dan abad 21 akan ditentukan oleh Samudera Hindia," kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam pidato di Wilson Center, Washington DC, AS, Selasa (22/9/2015).
Menurut Menlu, selama puluhan tahun Indonesia telah berfokus pada pembangunan arsitektur kawasan di Asia Pasifik. Indonesia bersama ASEAN berkontribusi dalam mewujudkan kawasan Asia Pasifik yang stabil dan damai sehingga kondusif untuk pertumbuhan ekonomi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Samudera India, lanjutnya, memiliki berbagai tantangan sekaligus peluang. Tantangannya, tak jauh beda dengan Samudera Pasifik, adalah sengketa maritim yang bisa muncul sewaktu-waktu, rasa saling tidak percaya antar-negara, isu keamanan non-tradisional, dan perompakan.
Sedangkan peluangnya adalah Samudera Hindia merupakan jalur laut yang menghubungkan Afrika, Eropa, Asia dan Australia yang menjadi salah persimpangan utama perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global. Saat ini, separuh dari kapal kontainer, sepertiga dari lalu-lintas kargo dunia, dan dua pertiga dari pengiriman minyak melalui jalur Samudera Hindia.
"Sumber daya mineral yang kaya menunggu untuk ditemukan di lepas pantai dan dasar laut. Pinggiran Samudera Hindia menjadi tempat tinggal bagi 2,6 miliar orang, atau dua perlima penduduk dunia," kata Menlu.
Belajar dari pengalaman menangani bencana tsunami 2004, imbuhnya, Indonesia menyadari pentingnya arsitektur kawasan yang berfungsi dengan baik. Sayangnya, arsitektur kawasan di Samudera Hindia saat ini tidak memadai untuk mengantisipasi pertarungan strategis yang mungkin muncul.
"Masa depan arsitektur kawasan di Samudera Hindia harus bisa mengurangi potensi rivalitas dan kompetisi di kawasan dengan mendorong kerja sama dan dialog. Arsitektur kawasan juga harus membangun kepercayaan dan mendorong kolaborasi antar-negara, menciptakan kondisi yang kondusif untuk pertumbuhan, dan mengurangi kesenjangan di kawasan," kata Menlu.
Dalam hal ini, tambahnya, apa yang telah dilakukan ASEAN kiranya bisa menjadi pelajaran. Mekanisme di dalamnya seperti ASEAN Regional Forum, East Asia Summit dan Treaty of Amity and Cooperation bisa menjadi model untuk diterapkan di kawasan Samudera Hindia.
Menlu menegaskan, sebagai Ketua Indian Ocean Rim Association (IORA) periode 2015-2017 Indonesia akan mengoptimalkan peran organisasi tersebut sebagai kendaraan utama untuk memperkuat arsitektur kawasan di Samudera Hindia. Indonesia akan mengembangkan kerangka yang memungkinkan negara-negara di kawasan mengatasi tantangan-tantanganΒ politik dan keamanan.
"Kami berpandangan bahwa instrumen mengikat akan dapat memastikan negara-negara di kawasan untuk lebih berkomitmen dalam mengatasi perbedaan di antara mereka melalui cara-cara damai tanpa kekerasan. Dalam konteks ini, Indian Ocean Concord layak untuk dipertimbangkan secara serius," tandas Menlu. (try/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini