Pembakaran ini disebut sengaja dilakukan pihak perusahaan di atas puluhan bahkan ratusan lahan sawit yang terhampar di Sumatera dan Kalimantan. Alasannya sederhana, bisa menghemat biaya dan waktu.
"Dari sawit umumnya pembakaran untuk menghemat biaya dan waktu karena itu akan kita tindak tegas," kata Direktur Penegakan Hukum Pidana Kementerian LHKÂ Muhammad Yunus di kantor Kementerian LHK Jl Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (22/9/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan pembakaran lahan, dana yang dibutuhkan untuk membuka lahan sawit tidaklah mahal yakni sekitar Rp 600 ribu hingga Rp 800 ribu. Untuk membayar Berbeda jika harus melakukan proses alami yang membutuhkan anggaran Rp 3 hingga 4 juta/ha.
Jika tak membakar, maka pembukaan lahan dilakukan dengan menyewa buldozer atau memperkerjakan pekerja untuk membabat lahan hingga bersih kembali.
Menurut Yunus, penyelesaian masalah dalam perusahaan besar tidaklah mudah. Kritik warga soal banyaknya kasus yang tidak mengangkut hingga pucuk pimpinan tertinggi disebutnya karena banyak pekerja yang sudah pasang badan.
"Mereka pasang badan. Mengaku salah," sambungnya.
Mudah dan murahnya pembukaan lahan sawit dengan membakar ini juga pernah disampaikan Kepala Humas BNPB Sutopo Purwo. Ia mengatakan pembakaran secara ilegal ini lebih praktis daripada cara manual.
"Semak belukar di gambut dibakar. Memang lebih murah dibanding dengan mekanisme untuk land clearing," ucap Sutopo. (mnb/hri)